Samarinda (ANTARA) - Kawasan Prevab Mentoko di Taman Nasional Kutai (TNK) Kalimantan Timur menjadi destinasi utama yang diminati para peneliti mancanegara untuk mengamati kehidupan orang utan liar di habitat aslinya.
“Di kawasan itu bisa melihat orang utan liar dengan mudah kita bisa temui dan itu banyak juga turis dari mancanegara yang sering datang di prevab,” kata Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Sangatta Budi Isnaini di Sangatta, Rabu.
Menurut dia, popularitas Prevab Mentoko di kalangan peneliti dan wisatawan asing tersebut turut didorong oleh ulasan positif serta rekomendasi dalam buku panduan wisata internasional ternama, Lonely Planet.
Baca juga: Sempat dipelihara, orangutan Mungky-Dodo kembali ke habitat di Kaltim
Ia menjelaskan bahwa orang utan yang mendiami kawasan konservasi TNK merupakan subspesies endemik yang unik, yakni Pongo pygmaeus morio, yang memiliki karakteristik tersendiri.
Budi memaparkan adanya perbedaan signifikan antara orang utan Kalimantan dengan kerabatnya di Sumatera, baik dari segi fisik maupun perilaku.
Orang utan Kalimantan, lanjutnya, cenderung memiliki warna bulu lebih gelap dan lebih sering beraktivitas di lantai hutan karena minimnya predator alami seperti harimau yang ada di Sumatera.
Baca juga: BKSDA Sampit terima bayi orang utan dari warga
Tingkat kecerdasan primata ini juga disorot karena sangat tinggi, dengan perbedaan genetik yang sangat tipis jika dibandingkan dengan manusia.
Menanggapi isu interaksi satwa dengan masyarakat, ia menyebut perilaku orang utan yang terkadang memasuki kebun dan memakan tanaman warga merupakan sebuah insting alami untuk bertahan hidup.
Satwa dilindungi tersebut memakan buah atau umbut tanaman seperti kelapa sawit dan kelapa karena sumber makanan itu menyerupai pakan yang ada di habitat aslinya.
Baca juga: BKSDA Sampit observasi, tindaklanjuti laporan kebun dirusak orang utan
Baca juga: BKSDA Kalbar: Delapan orang utan lahir alami di kawasan TNBBBR
Pewarta: Ahmad Rifandi
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.