Jakarta (ANTARA) - Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 10 Margaguna, Jakarta Selatan, merangkul siswa putus sekolah untuk mendapat pendidikan gratis dan berkualitas.
"Usia di sini memang beragam, karena mereka pernah putus sekolah. Tapi pada dasarnya secara akademik, mereka itu di level kelas 10," kata Kepala SRMA 10 Jakarta Selatan, Ratu Mulyanengsih di Jakarta, Senin.
Ratu mengatakan, rentang usia para siswa yakni 15-21 tahun dan kebanyakan putus sekolah dengan beragam alasan.
Pihaknya masih melakukan pendataan dan memastikan pembelajaran yang diterima akan setara bagi siswa yang putus sekolah.
Baca juga: MPLS momentum bangun semangat belajar siswa
Ada juga yang sudah SMA kelas 1 kemudian berhenti sekolah. "Terus nggak sekolah dan ketemu sekolah rakyat mereka bersemangat kembali," ujarnya.
Para siswa putus sekolah akan diberikan pembelajaran berbasis digital dan lebih diperhatikan oleh guru. Karena tu, pihaknya memantau para siswa untuk bisa naik kelas tanpa tertinggal dengan siswa lainnya.
Besar harapan agar para siswa Sekolah Rakyat di kawasan Margaguna itu bisa lulus sejajar dengan anak reguler lainnya dan tak dipandang sebelah mata.
"Yang selama ini mungkin mereka dipandang sebelah mata, mereka punya motivasi yang tinggi bahwa saya sudah menjadi anak rakyat dan kepercayaan dirinya tumbuh," katanya.
Baca juga: Kenyamanan jadi prioritas utama Sekolah Rakyat Handayani Jaktim
SRMA 10 Margaguna, Jakarta Selatan, yang berada dalam Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Profesi (Pusdiklatbangprof) memiliki luas empat hektare (ha) lebih.
Tersedia fasilitas gratis seperti perpustakaan, pusat kebugaran (gym), studio musik lapangan bulu tangkis hingga voli bisa membuat siswa semangat belajar.
Sebanyak 100 siswa diterima terdiri dari 56 laki-laki dan 44 perempuan dengan diberikan fasilitas asrama maksimal empat orang per kamarnya.
Sekolah Rakyat digagas oleh Presiden Prabowo Subianto dengan tujuan untuk menyediakan akses pendidikan berkualitas bagi anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, mengacu pada Desil 1 dan 2 Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).
Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.