Prasasti: Ekonomi digital kunci mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen

1 month ago 5

Jakarta (ANTARA) - Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti) mengatakan pemerintah perlu memaksimalkan potensi ekonomi digital sebagai kunci untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen pada 2029.

Dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa, Research Director Prasasti Gundy Cahyadi mengatakan Indonesia memiliki peluang untuk mengembangkan pemanfaatan ekonomi digital di berbagai sektor.

Kontribusi ekonomi digital Indonesia pada 2030 diperkirakan mencapai 220-360 miliar dolar AS, dengan dominasi 40 persen dari nilai ekonomi digital ASEAN.

Berdasarkan riset Prasasti berjudul "Mengoptimalkan Peran Ekonomi Digital dalam Mewujudkan Pertumbuhan Berkelanjutan 8 persen di Indonesia", pada 2024 nilai ekonomi digital Indonesia mencapai Rp1,86 kuadriliun atau setara 117,2 miliar dolar AS, berkontribusi 8,4 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional.

Laju pertumbuhan ekonomi digital juga tercatat sekitar 5-6 persen, lebih tinggi dibandingkan tren pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di kisaran 5 persen.

“Jadi karena pertumbuhan ekonomi digital lebih cepat bertumbuhnya dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional, kontribusi dari pertumbuhan ekonomi digital ke depan juga akan terus meningkat,” ujar Gundy.

Policy and Program Director Prasasti Piter Abdullah mengatakan dari 17 sektor yang diteliti, pemanfaatan ekonomi digital terbukti lebih efisien dibanding sektor yang belum mengadopsinya.

Hal itu tercermin dari indeks Incremental Capital Output Ratio (ICOR) sektor ekonomi digital tercatat 4,3, sementara rata-rata 17 sektor ekonomi nasional berada di angka 10,6.

"Artinya, setiap rupiah investasi di ekonomi digital mampu menghasilkan dua kali lipat 'output' dibanding sektor konvensional. Semakin rendah angka ICOR menunjukkan semakin efisien suatu sektor dalam mengelola investasi yang masuk menjadi 'output' riil di perekonomian. Investasi di infrastruktur digital, pengembangan talenta data, dan 'cloud service' bukan sekadar transformasi sektor, tetapi merupakan strategi industrialisasi nasional yang sangat menentukan daya saing dan masa depan perekonomian Indonesia dua dekade ke depan,” katanya, menjelaskan.

Lebih lanjut, dalam risetnya, Prasasti menggunakan metodologi OECD-ADB dan memetakan 17 sektor terdigitalisasi, dengan GoTo sebagai studi kasus.

Hasilnya, ditemukan setiap kenaikan 1 unit nilai tambah dari ekonomi digital dapat mendorong peningkatan total output seluruh sektor lain sebesar 1,89 unit, mencerminkan tingginya keterkaitan sektor lain terhadap ekonomi digital.

Meski demikian, Piter mengingatkan masih ada dua tantangan utama yang menjadi ganjalan guna mencapai pertumbuhan 8 persen, yakni tantangan global dan domestik.

Pertama, adanya konflik geopolitik yang tak kunjung usai. “Belum selesai (konflik) Ukraina, sudah ada masalah Israel. Belum selesai Israel, sudah muncul (konflik) Thailand sama Kamboja yang sudah di depan mata kita. Jadi persoalan geopolitik memunculkan ketidakpastian dan kemudian berdampak kepada rantai pasok global,” katanya.

Tantangan kedua yakni dari domestik sendiri. Dalam hal ini, Piter menyuarakan perlunya reformasi struktural yang sudah lama dibicarakan.

“Tantangan domestik ini sudah sering sekali kita sebutkan, sering sekali kita bicarakan perlunya reformasi, perlunya reformasi struktural,” ujar dia.

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |