Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Prabowo Subianto mengingatkan pentingnya semangat perjuangan, dengan mengutip ajaran para kiai, yaitu berjuang seolah-olah akan hidup selama 1.000 tahun, tetapi tetap berdoa seolah akan dipanggil Tuhan pada malam ini.
"Jadi kita ingat ajaran kiai-kiai kita kan, berjuanglah seolah-olah kau akan hidup 1.000 tahun, tapi, berdoa seolah kau akan dipanggil Tuhan nanti malam," kata Prabowo dalam pidatonya pada Penutupan Kongres VI DPP Partai Demokrat di Jakarta, Selasa malam.
Presiden mengatakan bahwa hidup manusia tidak dapat diprediksi. Prabowo memberikan contoh mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad yang saat ini hampir berusia 100 tahun tetapi masih aktif memimpin partai.
"Kita semua pasti dipanggil Tuhan, belum tentu sesuai nomor urut, tanggal lahir, benar kan? Belum tentu," kata Kepala Negara.
Baca juga: Kepala BPIP sebut kiai adalah simbol kepahlawanan
Dalam kesempatan itu, Presiden Prabowo mengutip prediksi ekonomi global yang menyebutkan bahwa pada tahun 2050 Indonesia akan menduduki peringkat keempat ekonomi terbesar dunia, mengalahkan negara-negara maju seperti Jepang, Inggris, dan Prancis.
Dengan jarak waktu 25 tahun menuju 2050, Prabowo berharap dapat menyaksikan pencapaian tersebut, meski pada usia yang sudah mencapai 98 tahun.
Saat Presiden mengatakan hal tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang juga Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia nampak tertawa. Prabowo dengan nada bercanda lalu bertanya kepada Bahlil mengapa menertawakan hal tersebut.
"Kenapa tertawa Bahlil? Siapa tahu Tuhan masih kasih saya waktu. Kan keren, Indonesia di atas Jerman," kata Kepala Negara.
Dalam acara penutupan Kongres VI Partai Demokrat, Presiden Prabowo berpidato di hadapan kader dan pengurus Partai Demokrat, jajaran ketua umum partai politik, serta pimpinan lembaga-lembaga eksekutif dan legislatif.
Di lokasi yang sama, ada pula Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dan jajaran menteri Kabinet Merah Putih.
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2025