Jakarta (ANTARA) - Polda Metro Jaya meminta maaf kepada masyarakat atas kemacetan yang terjadi di sejumlah titik di Jakarta imbas demonstrasi tani pada Rabu.
"Kami juga mengaturkan permohonan maaf kepada masyarakat yang dalam aktivitas hari ini mungkin mengalami gangguan dalam hal ketidaknyamanan dalam melintas karena ada kepadatan massa nanti di beberapa titik," tutur Kabid Humas Polda Metro Jaya Brigjen Pol Ade Ary Syam Indradi di Jakarta, Rabu.
Kendati demikian, kata dia, masyarakat pengguna jalan diminta untuk tetap mengikuti arahan petugas lalu lintas di lapangan agar kemacetan dapat berkurang.
"Namun, tidak perlu khawatir, kami mohon masyarakat yang beraktivitas mengikuti saran dan arahan petunjuk petugas kami," kata Ade Ary.
Untuk pengamanan demonstrasi tersebut, sebanyak 9.498 personel gabungan diturunkan, khususnya di depan Gedung DPR/MPR dan area Patung Kuda, Jakarta Pusat.
"Ada 9.498 personel gabungan. Dari Polri ada 7.000-an. Kemudian dari Kodam Jaya dan gabungan dari Korps Marinir ada 1.400-an. Kemudian, dari Pemda ada 300-an dan dari Pamdal juga ada 300-an," ucap Ade Ary.
Baca juga: Seribuan petani unjuk rasa di kawasan Patung Kuda
Pihaknya pun berkomitmen untuk melaksanakan pengamanan demonstrasi secara humanis.
"Pelaksanaan, pelayanan, pengamanan ini harus dilaksanakan secara humanis. Yang menyampaikan pendapat, yang menyampaikan aspirasi dalam bentuk demonstrasi ataupun unjuk rasa ini adalah saudara-saudara kita juga," ujar Ade Ary.
Pada pukul 15.30 WIB, sejumlah ruas jalan di Jakarta terpantau mengalami kemacetan parah, terutama di Jalan Gatot Subroto dari arah Grogol Petamburan menuju Jakarta Selatan. Klakson kendaraan pun saling bersahutan lantaran para pengemudi meminta jalan.
Baca juga: Satu orang yang dilaporkan hilang saat demo di Jakarta ditemukan
Baca juga: 16 tersangka perusakan fasilitas umum diringkus kepolisian
Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.