Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terus memantau penyakit akibat banjir dialami masyarakat, termasuk leptospirosis yang ditularkan melalui kotoran dan air kencing tikus untuk mengantisipasi ketersediaan ruang layanan kesehatan di fasilitas kesehatan.
"Selalu mengamati kondisi penyakit akibat banjir untuk antisipasi ketersediaan ruang layanan kesehatan di fasilitas kesehatan dan obat-obatan serta kecukupan tenaga kesehatan dan alat-alat kesehatan," ujar Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ovi Norfiana saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Warga terdampak banjir diminta waspadai penyakit akibat leptospirosis
Sebagai upaya pencegahan munculnya kasus penyakit, Pemprov DKI menganjurkan masyarakat terdampak banjir tinggal di tempat-tempat pengungsian dengan berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta agar memberikan tempat pengungsian yang memenuhi syarat.
Pemprov DKI juga memberikan penyuluhan kepada masyarakat terdampak banjir melalui berbagai media, baik secara langsung melalui petugas kesehatan maupun melalui media sosial.
"Selain itu, juga menyediakan layanan kesehatan melalui posko-posko kesehatan yang dibuka di pos-pos pengungsian," kata Ovi.
Selain leptospirosis, penyakit lain yang juga perlu diwaspadai saat banjir yakni diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit kulit, baik berupa infeksi, alergi atau bentuk lain, demam tifoid, serta demam berdarah dengue (DBD).
Masalah kesehatan lainnya akibat banjir yakni hipotermia atau tubuh kehilangan suhu dengan cepat akibat terpapar dingin dalam waktu lama seperti terlalu lama memakai baju yang basah karena air banjir.
Baca juga: Segeralah mandi usai beraktivitas di lokasi banjir
Baca juga: Kiat menghindari serangan penyakit semasa banjir
Data BPBD DKI Jakarta pada Selasa siang menunjukkan, banjir masih menggenangi 58 Rukun Tetangga (RT) yang berada di Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Timur, dan Jakarta Barat.
Adapun ketinggian air terus mulai surut dari awalnya terdapat lokasi yang terendam hingga 1,3 meter kini tertinggi berada di 80 sentimeter (cm).
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Syaiful Hakim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.