Manokwari (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Papua Barat memberikan apresiasi atas penyelenggaraan Festival Budaya Flobamora di Kabupaten Manokwari, Papua Barat karena dinilai menjadi sarana untuk mempererat kebhinnekaan melalui seni dan tradisi di wilayah tersebut.
Staf Ahli Gubernur Papua Barat Eduard Towansiba, di Manokwari, Jumat, mengatakan, kegiatan budaya seperti Festival Flobamora merupakan jembatan penting dalam membangun solidaritas dan pemahaman lintas generasi.
“Setiap tarian, lagu, dan tradisi yang ditampilkan dalam festival ini adalah cermin kekayaan budaya Nusantara yang harus kita jaga. Papua Barat adalah rumah bagi semua, bukan hanya orang asli Papua, tetapi juga saudara-saudara dari Flores, Sumba, Timor, dan Alor (Flobamora),” ujarnya saat membuka festival tersebut.
Ia mengatakan, keberadaan komunitas Flobamora telah memperkaya khazanah budaya sekaligus memperkuat persaudaraan di Bumi Kasuari.
Baca juga: Wamenekraf sebut drone show bisa jadi pelengkap pertunjukan budaya
Pemprov Papua Barat terus berkomitmen penuh mendukung pelestarian budaya dan penguatan toleransi. Festival ini bukti bahwa keberagaman adalah kekuatan, bukan perpecahan.
Ia juga mendorong generasi muda Flobamora untuk menjadikan festival tersebut sebagai momentum mengenal, memahami, dan mencintai budaya leluhur.
“Jadilah generasi yang bangga dengan identitas budaya, namun tetap terbuka menghormati keberagaman di Papua Barat,” katanya menekankan.
Baca juga: F8 2025 tonjolkan keindahan budaya dan aksi komunitas

Festival Budaya Flobamora yang digelar perdana di tanah Papua berlangsung pada 26–28 September 2025.
Acara ini merupakan program kerja tahunan Perkumpulan Rumah Besar Flobamora-NTT Kabupaten Manokwari periode 2024–2029.
Baca juga: Melestarikan cagar budaya bangunan Belanda Depok
Ketua Panitia, Gordianus Gebo, menjelaskan festival disusun dalam tiga sesi utama. Hari pertama diisi dengan pentas tari tradisional, hari kedua lomba peragaan busana daerah, dan hari ketiga ditutup dengan lomba paduan suara.
“Festival ini salah satu langkah konkret menjaga identitas budaya di tanah rantau, agar anak-anak muda NTT tetap mencintai budayanya,” katanya.
Sementara Ketua Flobamora Kabupaten Manokwari, Eduardus Haleserens, menyebut festival ini wujud nyata kecintaan masyarakat NTT terhadap warisan budaya dalam bingkai kebhinnekaan.
Festival Budaya Flobamora di Manokwari menjadi ruang aktualisasi masyarakat NTT sekaligus memperkuat harmoni kebangsaan di Papua Barat yang majemuk.
“Flobamora itu satu hati, satu jiwa, satu keluarga. Kita punya banyak bahasa, tarian, musik, dan kain tenun — semua ditampilkan di festival ini,” ujarnya.
Ketua Flobamora Provinsi Papua Barat, Clinton Tallo, juga mengapresiasi sinergi antara pengurus di tingkat provinsi dan kabupaten.
“Festival ini bukti bahwa kita bisa bersatu dan berkarya meski jauh dari kampung halaman,” katanya.
Baca juga: Tradisi pangan dan budaya Nusantara untuk Gen Z
Pewarta: Ali Nur Ichsan
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.