Kuala Lumpur (ANTARA) - Masyarakat memberikan penghormatan terakhir kepada Perdana Menteri ke-5 Malaysia Abdullah Ahmad Badawi di upacara penguburan kenegaraan di Masjid Negara, Kuala Lumpur, Selasa.
Kantor Perdana Menteri dalam keterangannya mengatakan Pemerintah Malaysia memberikan penghormatan dengan "Upacara Pengebumian Negara" bagi Tun Abdullah Ahmad Badawi, yang menghembuskan nafas terakhir pada usia 85 tahun di Institut Jantung Negara di Kuala Lumpur, Senin (14/4), pukul 19.10 waktu setempat (pukul 18.10 WIB).
Tun adalah gelar kehormatan tertinggi bagi warga Malaysia yang berjasa bagi bangsa dan negaranya. Gelar itu diberikan oleh Yang di-Pertuan Agung Malaysia.
Proses penguburan bermula dengan membawa jenazah dari kediaman di Bait Badawi, Sungai Penchala, pada pukul 08.30 ke Ruang Shalat Utama di Masjid Negara. Masyarakat mendapat kesempatan untuk memberikan penghormatan terakhir bagi PM ke-5 Malaysia itu dari pukul 11.00 hingga 13.00.
Ribuan orang hadir memberikan penghormatan untuk Abdullah. Selain pejabat pemerintahan dan tokoh politik, hadir pula untuk memberikan penghormatan terakhir di Ruang Shalat Utama Masjid Negara yakni mantan Perdana Menteri Malaysia Tun Mahathir Mohamad, Najib Razak, Muhyiddin Yassin, serta mantan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim tiba di Dewan Shalat Utama Masjid Negara sekitar pukul 13.00 untuk memberikan penghormatan terakhir sekaligus ikut menyalatkan jenazah Tun Abdullah bersama dengan Wakil Perdana Menteri Fadillah Yusof dan Ahmad Zahid Hamidi, bersama putra dan menantu Abdullah.
Para pemimpin, menteri dan ribuan masyarakat memenuhi masjid melaksanakan shalat zuhur yang dilanjutkan dengan shalat jenazah. Pada pukul 14.30, jenazah dikebumikan dengan "Upacara Pengebumian Negara" di Makam Pahlawan terletak di kawasan Masjid Negara, Kuala Lumpur, yang memang diperuntukkan bagi pemimpin dan pahlawan Malaysia.
Makam Pahlawan di Masjid Negara yang selesai dibangun pada 1965 itu terbagi dua bagian, yakni bagian dalam dan luar. Makam bagian dalam ditutupi kubah berbentuk bintang.
PM ke-5 Malaysia Abdullah Ahmad Badawi yang mendapat sapaan akrab Pak Lah oleh masyarakat Malaysia itu dikebumikan di makam bagian dalam. Tempat yang sama dengan pemimpin Malaysia lainnya, yakni Wakil Perdana Menteri ke-2 Malaysia Tun Ismail Abdul Rahman, Perdana Menteri ke-2 Malaysia Tun Abdul Razak Hussein, Perdana Menteri ke-3 Malaysia Tun Hussein Onn, dan Wakil Perdana Menteri ke-6 Malaysia Tun Abdul Ghafar Baba dikebumikan.
Baca juga: PM ke-5 Malaysia Abdullah Ahmad Badawi tutup usia
Memimpin dengan hati
Abdullah Ahmad Badawi lahir di Bayan Lepas, Pulau Pinang, pada 26 November 1939. Ia merupakan cucu dari Syeikh Abdullah Ibrahim Badawi Fahim.
Ia mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Bukit Mertajam dan Penang Methodist Boys School, lalu melanjutkan pendidikan di Universiti Malaya dan mendapat gelar sarjana dalam bidang studi Islam pada 1964.
Karir politiknya bermula saat bergabung dengan UMNO pada 1964, dan aktif berpolitik saat menjadi Anggota Parlemen untuk Kepala Batas pada 1978.
Sejumlah jabatan menteri ia emban sejak 1981, termasuk menjadi Menteri Luar Negeri Malaysia pada Maret 1991 hingga Januari 1999. Abdullah dilantik menjadi Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri pada Januari 1999, sebelum menjadi Perdana Menteri ke-5 Malaysia pada Oktober 2003 hingga April 2009.
Abdullah membina rumah tangga selama 40 tahun dengan Datin Seri Endon Dato’ Mahmood sejak 1965, dan dikaruniai dua orang anak dan lima cucu. Datin Seri Endon meninggal dunia pada Oktober 2005.
Tun Abdullah kemudian menikah dengan Datin Seri Jeanne Abdullah pada Juni 2007, yang mempunyai dua orang anak perempuan.
Baca juga: Mantan PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi terkena demensia
Berbagai penghargaan telah diterima baik dari dalam maupun luar negeri, termasuk dari Indonesia, yakni Anugerah Pramuka Lencana Tunas Kencana dan Bintang Republik Indonesia Adi Pradana pada 2007. Penghargaan itu juga pernah diterima oleh Wakil Perdana Menteri ke-2 Malaysia Tun Ismail Abdul Rahman pada 1970.
Dalam Pertemuan Khusus Pemimpin ASEAN Pascabencana Gempa Bumi dan Tsunami di Jakarta, Kamis (6/1/2005), PM Abdullah yang menyampaikan solidaritas Malaysia, menyatakan telah mengirimkan sejumlah bantuan secara bilateral bagi negara-negara terdampak, dan mengirimkan tim SAR serta tim medis termasuk peralatan yang dibutuhkan ke Aceh.
Setelah itu ia menawarkan mengirim 250 personel polisi untuk tugas pascabencana.
PM Abdullah lalu mengatakan telah sepakat membuka bandara-bandara di Malaysia untuk dapat digunakan sebagai titik-titik persinggahan untuk memudahkan pengiriman bantuan ke negara terdampak gempa dan tsunami Aceh, terutama Indonesia.
Pada masa berkabung ini, Kantor Perdana Menteri meminta pemilik bangunan yang berjarak radius 2 kilometer (km) dari Masjid Negara untuk mengibarkan Bendera Jalur Gemilang setengah tiang hingga Upacara Pengebumian Negara selesai dilaksanakan.
Masyarakat Malaysia mengungkapkan rasa duka dan kehilangan sosok “pemimpin dengan hati” melalui berbagai unggahan melalui media sosial. “Pak Lah” menjadi topik paling tren sejak Senin malam, diikuti dengan “Tun Abdullah Ahmad Badawi”.
Di antara mereka ada yang mengunggah sajak karya Tun Abdullah berjudul “Ku Cari Damai Abadi”.Perdana Menteri Anwar Ibrahim mengatakan Pak Lah mengajarkan arti kemanusiaan dalam kepemimpinan. Dia memimpin dengan wajah yang tidak marah, tangan yang tidak menggenggam kuasa, dan suara yang tidak meninggi meski ditekan berulang kali.
Selamat jalan, Pak Lah.
Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025