Jakarta (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan pembangunan Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN) di Desa Matasio, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, sebagai tonggak kemandirian garam Indonesia menuju swasembada hingga membuka lapangan kerja.
"Proyek strategis ini menjadi tonggak penting dalam mewujudkan kemandirian Indonesia di sektor garam nasional pada 2027," kata Trenggono dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Dikatakan K-SIGN dikembangkan dengan konsep modernisasi yang memadukan teknologi produksi mutakhir, mulai dari tambak garam modern hingga sistem otomatisasi pemantauan kualitas garam yang terintegrasi secara menyeluruh.
Selain itu, pembangunan K-SIGN akan dilengkapi dengan fasilitas washing plant dan refinery yang mampu menghasilkan produk garam dengan standar tinggi bagi kebutuhan industri nasional. Industri itu didukung dengan investasi sebesar Rp2 triliun yang juga membuka peluang bagi swasta dan BUMN.
Dengan sistem terintegrasi, nilai tambah industri pergaraman diharapkan tetap berada di dalam negeri sehingga memperkuat daya saing ekonomi nasional di pasar domestik maupun global.
Produksi garam dari K-SIGN akan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan berbagai industri penting, termasuk pangan, farmasi, dan kimia, yang selama ini masih bergantung pada pasokan impor.
Ia menegaskan dengan K-SIGN di Rote Ndao Indonesia nantinya akan dapat memenuhi kebutuhan garam tanpa impor, memperkuat sektor pergaraman, serta bakal menyerap 26.000 tenaga kerja lokal yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir secara berkelanjutan.
Efek berganda dari pembangunan K-SIGN juga diyakini mendorong sektor UMKM, transportasi, logistik, hingga jasa pendukung yang beroperasi di sekitar wilayah Rote Ndao.
Kehadiran K-SIGN menjadi implementasi nyata dari Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2025 yang menekankan percepatan pembangunan pergaraman nasional secara menyeluruh dan berkelanjutan.
"Proyek ini diharapkan menjadi bagian penting dari kebijakan ekonomi biru sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional dengan sektor kelautan dan perikanan yang berdaya saing dan berkeadilan," imbuh Trenggono.
KKP menargetkan kapasitas produksi K-SIGN di Kabupaten Rote Ndao, mencapai 2,6 juta ton garam per tahun dengan
"Untuk di Rote Ndao, target kita itu sekitar 2 juta ton per tahun dari lahan seluas 10.000 hektare," ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan KKP Koswara.
Menurut Koswara, jika lahan tersebut bisa dikembangkan menjadi 13.000 hektare berarti garam yang bisa dihasilkan diperkirakan mencapai 2,6 juta ton per tahun.
KKP menginisiasi Program K-SIGN sebagai model intervensi strategis untuk membangun kawasan industri garam modern dan terintegrasi di Kabupaten Rote Ndao.
Adapun kegiatan pekerjaan pembangunan K-SIGN yang dilakukan di Kabupaten Rote Ndao meliputi penataan lahan garam baru (cut and fill), pembangunan jalan produksi, pembangunan Gudang Garam Nasional, pembangunan Washing Plant dan pembangunan komplek perkantoran.
Adanya pembangunan K-SIGN ini diharapkan meningkatkan produktivitas menjadi 200 ton/hektare/siklus. Progres yang telah dilakukan KKP hingga saat ini yaitu telah dilaksanakan konsolidasi lahan untuk pembangunan K-SIGN Tahap I seluas 1.192,57 hektare (ha).
Kemudian telah dilaksanakan pembahasan skema keterlibatan pemerintah daerah pada pembangunan K-SIGN di Rote Ndao. Selain itu telah dilaksanakan pembahasan skema kerja sama pemanfaatan lahan pada pembangunan K-SIGN.
Baca juga: Anggota Komisi IV DPR dorong percepatan swasembada garam
Baca juga: Pengamat optimis Indonesia mampu produksi garam industri berkualitas
Baca juga: Target produksi garam K-SIGN di Rote Ndao-NTT bisa capai lima juta ton
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.