Mendengar bisikan raga penghuni tepian Nusantara

2 months ago 18

Merauke (ANTARA) - "Bapak lewat di tengah lumpur, tidak apa-apa kah?"

Pertanyaan dengan dialek khas itu diutarakan Libertine Mandala Putri kepada pemimpin Puskesmas Bupul Markus Pakadang, saat keduanya mengendarai motor trail yang berbeda untuk memimpin tim medis hendak melintasi ruas jalan berlumpur di Distrik Elikobel, Kabupaten Merauke, Papua Selatan.

Markus terdiam sejenak. Pandangannya mengarah pada genangan air di depan, mencari sisi jalan yang lebih cocok agar tidak tergelincir, sambil menyeimbangkan tubuh di atas trail-nya.

Setelah beberapa kali menggeber suara tunggangannya, lelaki paruh baya itu melaju dengan kecepatan terukur, membelah genangan air, sambil kedua kakinya yang dilindungi sepatu boots, bergerak bergantian menerabas lumpur sampai ke sisi jalan yang kering.

Berti (sapaan akrab Libertine Mandala Putri) bersama rekan medis perempuan lain beserta dua anggota polisi dan satu tentara yang mengendarai motor pun segera menyusul. Beberapa anggota tim lain menyusul dengan mobil ambulans yang membawa peralatan medis dan obat-obatan.

Dalam perjalanan dari Puskesmas Bupul di Kampung Bupul 2 menuju Kampung Bunggay, tidak kurang dari lima kali mereka melintasi jalan rusak digenangi air dan lumpur. Mereka berjibaku dengan lumpur merah yang pada salah satu ruas jalan mencapai hingga ratusan meter.

Berti, satu-satunya dokter umum yang mengabdi di Puskesmas Bupul, dan rekan-rekannya harus menempuh 29 kilo meter melewati belantara untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada warga yang menerima Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di Bunggay.

Menaklukkan jalanan yang rusak bukan hal baru bagi Berti. Tantangan utama adalah jarak antarkampung dalam satu distrik yang mencapai puluhan kilometer.

Jarak yang jauh itu pula yang selama ini menghambat sebagian warga yang ingin ke Puskesmas Bupul untuk mengakses layanan kesehatan.

"Apalagi mama-mama yang kondisi ekonominya rendah, lalu tidak ada kendaraan di rumah, pasti sangat sulit (ke puskesmas), ketika jatuh sakit," ujar Bert, ketika bercerita kepada ANTARA.

Dokter berusia 29 tahun itu memahami betul pergumulan batin warga. Mereka merindukan layanan kesehatan ala kampung yang memadai, namun dibatasi kemampuan ekonomi rumah tangga.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |