Jakarta (ANTARA) - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian memaparkan peran penting pendidikan tinggi sebagai kunci dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Tito menceritakan pengalamannya menyaksikan sejumlah negara yang mengalami kemajuan pesat. Ia mencontohkan transformasi yang terjadi di China, yang pada masa lalu masih menjadi negara berkembang, namun kini telah menjadi kekuatan ekonomi dunia berkat optimalisasi sumber daya manusia (SDM).
"Kalau sumber daya manusianya hebat, sumber daya alamnya juga hebat, dikelola baik (kita akan) melompat ke negara (maju). Kunci adalah pendidikan, untuk menjadi tenaga kerja yang unggul, maka angkatan kerja kita harus terdidik dan terlatih, serta sehat," kata Tito dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Hal itu disampaikan Tito dalam orasi ilmiah Dies Natalis ke-65 Universitas Sriwijaya (UNSRI) di Auditorium UNSRI, Sumatera Selatan (Sumsel). Dalam kesempatan tersebut, Mendagri yang juga Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UNSRI memaparkan peran penting pendidikan tinggi dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Menurut Mendagri, Indonesia Emas 2045 bukan sekadar momentum seratus tahun kemerdekaan RI, melainkan sebuah harapan, target, sekaligus proyeksi bahwa Indonesia akan sejajar dengan negara-negara maju pada 2045 mendatang.
Keyakinan tersebut juga sejalan dengan berbagai prediksi lembaga internasional seperti International Monetary Fund (IMF), McKinsey, dan World Bank.
"Dengan trajectory pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik yang baik, Indonesia akan melompat. Tahun 2040 sampai 2045 menjadi kekuatan ekonomi dominan nomor 4 atau nomor 5 terbesar di dunia," ujarnya.
Mendagri optimistis proyeksi tersebut dapat diwujudkan. Keyakinan itu didasarkan pada banyaknya potensi yang dimiliki Indonesia, salah satunya pertumbuhan ekonomi yang kuat.
Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi dari sisi struktur sosial-ekonomi, khususnya tumbuhnya kelas menengah. Dominasi kelas menengah yang terdidik dan terlatih, imbuh Mendagri, akan menjadi pendorong utama Indonesia menuju negara maju.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, diketahui bahwa 17,13 persen penduduk Indonesia merupakan kelas menengah, sedangkan 49,22 persen merupakan masyarakat menuju kelas menengah.
"Artinya ada harapan untuk kita menjadi negara maju yang didominasi kelas menengah," kata Tito.
Ia menambahkan, keyakinan lainnya terhadap terwujudnya Indonesia sebagai negara maju didasarkan pada dua hal penting. Pertama, adanya perubahan paradigma pertarungan dunia dari realisme ke liberalisme dan konstruktivisme. Kedua, berdasarkan studi empiris personal.
Tito menjelaskan bahwa paradigma realisme melihat negara sebagai aktor utama dalam politik global. Pandangan tersebut kemudian bergeser ke paradigma liberalisme yang menekankan peran aktor non-negara sebagai tokoh sentral. Saat ini, dinamika tersebut berkembang ke paradigma konstruktivisme yang memuat norma-norma yang mengatur negara maupun aktor non-negara.
Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































