Jakarta (ANTARA) - Setelah momen bahagia pernikahan, pasangan baru tentunya ingin menikmati masa bulan madu dengan bahagia dan penuh keintiman. Namun, sebagian pasangan wanita tak jarang mengalami keluhan yang mengganggu pada momen tersebut.
Keluhan tersebut seperti rasa nyeri saat buang air kecil setelah berhubungan. Kondisi ini dikenal dalam dunia medis sebagai honeymoon cystitis. Meski terdengar unik, istilah ini bukan sekadar sebutan lucu, melainkan sebuah kondisi medis yang tidak boleh diabaikan.
Apa itu honeymoon cystitis?
Honeymoon cystitis merupakan infeksi saluran kemih (ISK) yang muncul akibat aktivitas seksual. Mengutip situs kesehatan Patient, istilah ini muncul dari fenomena umum meningkatnya kasus infeksi kandung kemih setelah masa bulan madu, saat pasangan baru menikah lebih aktif secara seksual.
Kondisi ini bukan merupakan infeksi menular seksual (IMS), tetapi dipicu oleh aktivitas seksual yang menyebabkan adanya bakteri berpindah ke bagian tubuh.
Bakteri penyebabnya antara lain Escherichia coli (E. coli), Staphylococcus saprophyticus, Klebsiella, Enterococci, dan Proteus. Di antara semua jenis tersebut, E. coli adalah penyebab paling umum.
Bakteri E. coli yang biasanya hidup di area sekitar anus, kemudian berpindah ke uretra (saluran kemih) saat berhubungan seksual. Proses inilah yang menyebabkan terjadinya infeksi pada kandung kemih atau honeymoon cystitis.
Selain itu, faktor lain yang dapat menyebabkan bakteri masuk ke dalam uretra, seperti kebiasaan membersihkan bagian alat kelamin dari arah belakang ke depan, menggunakan spermisida dengan kontrasepsi, menunda buang air kecil, atau menderita diabetes.
Kerap terjadi pada pasangan wanita
Menurut data dari National Library of Medicine, sekitar 75–95 persen kasus honeymoon cystitis sering terjadi pada wanita.
Temuan ini juga didukung oleh jurnal PAMJ Clinical Medicine, yang menyebutkan kondisi ini sering dialami oleh wanita muda di usia 20-an yang baru aktif secara seksual, maupun wanita yang kembali berhubungan intim setelah lama berhenti, misalnya setelah bercerai.
Sementara itu, riset yang dikutip dari Patient menunjukkan bahwa satu dari tiga wanita akan mengalami infeksi ini sebelum usia 24 tahun, dan satu dari dua wanita mengalaminya sebelum usia 32 tahun.
Pada pria, kasus infeksi saluran kemih sangat jarang terjadi, yakni kurang dari 10 kasus per 10.000 pria berusia di bawah 65 tahun.
Selain itu, hal ini juga dikarenakan anatomi tubuh wanita memiliki jarak antara uretra dan anus yang lebih dekat, sehingga bakteri lebih mudah berpindah ke saluran kemih.
Sedangkan anatomi pada pria, jarak tersebut lebih jauh, sehingga kemungkinan terjadinya risiko infeksi lebih kecil.
Gejala yang perlu diwaspadai
Gejala honeymoon cystitis mirip dengan infeksi saluran kemih pada umumnya, seperti:
- Nyeri atau rasa terbakar saat buang air kecil.
- Frekuensi buang air kecil meningkat dengan volume urine sedikit.
- Urine tampak keruh, berbusa, atau mengandung darah.
- Muncul bau tidak sedap pada urine.
- Rasa nyeri atau tidak nyaman di perut bagian bawah.
- Kadang disertai demam ringan.
Jika tidak segera ditangani, infeksi ini bisa menimbulkan rasa tidak nyaman saat berhubungan intim dan berisiko menjadi infeksi kronis yang berulang.
Apabila gejalanya muncul sangat parah setelah berhubungan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.
Dalam beberapa kasus, dokter akan melakukan tes urine dan memberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi. Namun, penggunaan antibiotik harus berdasarkan resep medis agar hasilnya efektif dan tidak menimbulkan resistensi.
Penyakit honeymoon cystitis bukan hal yang perlu ditakuti, namun penting untuk dikenali dan menerapkan pencegahan agar tidak terjadi pada pengalaman hubungan intim Anda setelah menikah bersama pasangan.
Baca juga: Tips pencegahan "honeymoon cystitis" bagi pasangan yang baru menikah
Baca juga: Bulan madu Rizky Febian dan Mahalini ditawari nyanyi bareng di Bali
Baca juga: Atta-Aurel berencana bulan madu ke Dubai
Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































