Gapki sebut penerapan B50 berpotensi naikkan harga CPO

2 hours ago 1
pasar juga akan sedikit khawatir karena peningkatan permintaan ini bisa mendorong harga CPO naik

Jakarta (ANTARA) - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menilai implementasi Program Biodiesel B50 Tahun 2026 berpotensi mendorong kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO).

Ketua Umum Gapki Eddy Martono mengatakan lonjakan permintaan domestik untuk bahan baku diesel akan mempengaruhi dinamika pasar dan ekspor.

“Dengan B50, produksi pasti akan naik, dengan asumsi semua berjalan normal dan kondusif. Tapi pasar juga akan sedikit khawatir karena peningkatan permintaan ini bisa mendorong harga CPO naik,” ujar Eddy dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.

Eddy mengatakan kenaikan harga CPO dapat memicu penurunan ekspor, terutama jika negara pembeli beralih ke minyak nabati lain yang lebih kompetitif.

Kondisi ini sempat terjadi pada 2024, ketika ekspor CPO Indonesia turun menjadi 17,34 miliar dolar AS per Agustus, dibandingkan 24,78 miliar dolar AS pada periode yang sama tahun ini.

Gapki memperkirakan produksi sawit nasional tahun ini berada di kisaran 54 juta –55 juta ton, tidak melonjak drastis meski ada dorongan dari kebijakan B50.

Namun, Eddy optimistis bahwa inovasi seperti introduksi serangga penyerbuk baru yang direncanakan mulai semester II dapat meningkatkan produktivitas secara signifikan dalam jangka menengah, terutama mulai 2027.

Terkait kebijakan domestic market obligation (DMO) untuk CPO, Eddy menyebut masih ada ketidakjelasan arah kebijakan, terutama apakah DMO akan tetap dikaitkan dengan ekspor seperti saat ini.

DMO merupakan kewajiban bagi perusahaan, terutama di sektor sumber daya alam, untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri terlebih dahulu sebelum mengekspor produknya.

“Kalau dikaitkan dengan ekspor, apakah nanti akan dinaikkan kewajiban untuk DMO di dalam negeri. Kalau begitu pasti harga minyak sawit dalam negeri akan tertekan. Kalau CPO tertekan, harga TBS (tandan buah segar) juga pasti ikut turun,” kata Eddy.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sebelumnya menyampaikan rencana penerapan skema DMO bagi perusahaan sawit sebagai bagian dari strategi pemenuhan kebutuhan CPO untuk mendukung Program Biodiesel B50.

Program B50 merupakan kebijakan mandatori penggunaan bahan bakar solar dengan campuran 50 persen bahan nabati (fatty acid methyl ester/FAME), yang ditargetkan mulai berlaku pada 2026 sebagai bagian dari strategi pengurangan impor solar dan transisi energi nasional.

Baca juga: Menteri Bahlil tepis kekhawatiran minyak goreng langka karena B50

Baca juga: Bahlil sebut program B50 mulai dijalankan semester II tahun depan

Baca juga: Peneliti UI: B50 hemat devisa tapi berpotensi tekan neraca perdagangan

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |