Gelombang panas picu lonjakan permintaan AC di Eropa

7 hours ago 4

Berlin (ANTARA) - Gelombang panas yang berkelanjutan saat musim panas di Eropa mendorong semakin banyak rumah tangga mempertimbangkan kembali opsi untuk menyejukkan diri mereka, sebuah tren yang menciptakan peluang baru bagi produsen peralatan China menyasar pasar yang telah lama menolak penggunaan penyejuk udara (air conditioner/AC).

Menurut sebuah buletin dari Organisasi Meteorologi Dunia, gelombang panas yang datang lebih awal dan intens melanda seluruh Eropa pada akhir Juni dan awal Juli.

Suhu di Spanyol selatan melonjak hingga 46 derajat Celsius, sementara Prancis mencatatkan rekor hari terpanas pada bulan Juni dalam sejarahnya.

Austria, Slovenia, dan Bosnia merilis peringatan merah untuk suhu tinggi, dan sejumlah negara termasuk Jerman, Italia, dan Portugal juga mengalami musim panas yang menyengat.

Namun, AC masih belum banyak digunakan di Eropa.

Data CNN menunjukkan hanya sekitar 20 persen rumah tangga yang memiliki sistem penyejuk udara.

Di Inggris, angkanya hanya 5 persen, sementara di Jerman angkanya di bawah 3 persen.

Perpaduan antara hambatan struktural dan ekonomi, termasuk proporsi hunian sewa yang tinggi, biaya listrik yang mahal, dan nilai-nilai keberlanjutan yang sudah tertanam kuat, membuat AC sudah lama tidak dijumpai di rumah-rumah di Eropa.

Unit AC biasa berkapasitas 1,5 tenaga kuda (umumnya dikenal sebagai PK di Indonesia) dijual seharga 600-800 euro (1 euro = Rp18.960) di Jerman, namun pemasangannya dapat memakan biaya lebih dari 1.500 euro jika tenaga kerja, izin, dan persetujuan bangunan turut dihitung.

Pihak penyewa juga memerlukan persetujuan dari pemilik bangunan dan mungkin harus memindahkan unit ketika mereka pindah.

Tingginya biaya energi juga menjadi hambatan lainnya. Sebagai contoh, di Berlin, biaya listrik mencapai sekitar 0,30 hingga 0,40 euro per kilowatt-jam.

Menyalakan AC terus menerus selama bulan Juli dan Agustus dapat membuat tagihan listrik rumah tangga membengkak hingga di atas 200 euro.

Bangunan hunian yang menua di Eropa menambah lapisan kerumitan lainnya. Banyak bangunan tidak memiliki saluran udara (duct) yang telah terpasang, dan di kawasan bersejarah, unit AC di luar ruangan kerap kali dilarang demi melindungi tampilan bangunan.

Kendati demikian, sejarah tersebut kemungkinan bakal mulai berubah. Suhu tinggi yang persisten, berpadu dengan meningkatnya kekhawatiran perihal risiko kesehatan, mulai mengikis resistensi lingkungan dan budaya yang telah berlangsung lama.

Penjualan AC sedang melonjak. Di sebuah toko elektronik di Stuttgart pada awal Juli, AC telah terjual habis. "Eropa mulai benar-benar membutuhkan penyejuk (udara)," ujar Markus Schmitz, seorang teknisi pemasangan AC asal Jerman yang jadwalnya sudah penuh hingga akhir Agustus.

"AC bukan lagi barang mewah, tetapi sudah menjadi kebutuhan."

Laporan dari Badan Energi Internasional (International Energy Agency) memperkirakan bahwa pada 2050, jumlah AC di Uni Eropa (UE) akan mencapai 275 juta unit, lebih dari dua kali lipat dibandingkan level pada 2019.

Produsen China telah mulai merasakan peningkatan permintaan. Menurut Asosiasi Peralatan Listrik Rumah Tangga China, total nilai ekspor AC ke UE dan Inggris mencapai 1,39 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.721) dalam lima bulan pertama 2025, naik 20,25 persen secara tahunan (year on year).

Merek-merek China juga mencatatkan pertumbuhan di beberapa pasar Eropa. Hisense menyebut penjualan mereka pada paruh pertama 2025 di Italia meningkat lebih dari 20 persen dan melonjak dua kali lipat di Hungaria.

Gree, yang hadir di 48 negara Eropa, melaporkan pertumbuhan yang berkelanjutan pada model AC yang dilengkapi teknologi kecerdasan buatan (AI) dan hemat energi.

Penjualan AC Midea di Eropa melonjak 35 persen pada paruh pertama 2025 dibandingkan dengan periode yang sama pada 2024, termasuk peningkatan 68 persen di Prancis.

"Keluarga muda dan rumah tangga berpendapatan menengah menjadi pendorong utama pertumbuhan tersebut," tutur Feng Xuezhi, general manager divisi AC di Hisense Europe.

Di IFA Berlin 2024, pameran perdagangan elektronik konsumen terbesar di Eropa, Hisense meluncurkan serangkaian produk baru yang memiliki fitur efisiensi energi yang tinggi dan dampak iklim yang rendah.

Feng menuturkan Eropa memiliki aturan yang ketat dalam hal kepatuhan terhadap energi dan lingkungan, yang "membantu membedakan produk-produk kami."

Xu meyakini produsen peralatan rumah tangga China semakin bergeser dari persaingan berbasis harga menjadi strategi yang didorong oleh nilai.

"Dengan meningkatnya tekanan iklim, siapa pun yang dapat menawarkan solusi rendah karbon, efisien, dan cerdas akan menonjol," tuturnya. "Dalam hal inilah, merek-merek China mulai mendapatkan pengakuan."

Penerjemah: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |