Jakarta (ANTARA) - KBRI Roma menggelar lokakarya Gamelan Bali yang menandai kolaborasi perdananya dengan Rumah Budaya Indonesia di negara tersebut pada Minggu (6/7).
Dalam siaran pers KBRI Roma di Jakarta, Senin, Koordinator Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya KBRI Roma, Dilla Trianti mengatakan lokakarya tersebut tidak hanya menghidupkan kembali instrumen gamelan yang sempat vakum, namun juga membuka ruang baru bagi interaksi budaya antara Indonesia dan Italia.
"Kami berharap dari sini akan tumbuh komunitas gamelan Bali yang berkelanjutan dan semangat kolaboratif seperti ini terus diperluas dalam program-program budaya KBRI Roma ke depan," katanya.
Sementara itu, Presiden Rumah Budaya Indonesia – Roma, Daniele Zappatore menilai bahwa gamelan sebagai tradisi musik kuno Indonesia bukan hanya ekspresi budaya yang kaya dan mendalam, tetapi juga jembatan antarbangsa yang memperkuat pertukaran budaya.
"Dalam semangat itulah Rumah Budaya Indonesia – Roma terus berkomitmen untuk mempromosikan dan membagikan keindahan serta kompleksitas gamelan Indonesia di Italia," katanya.
Kegiatan lokakarya turut mempertegas peran Rumah Budaya Indonesia di Roma sebagai pusat budaya yang aktif mempromosikan seni, bahasa, dan tradisi Indonesia di Italia.
Rumah budaya ini diharapkan menjadi titik temu dan ruang pertukaran budaya lintas bangsa untuk memperkuat pemahaman serta apresiasi terhadap keberagaman budaya dunia.
Kegiatan tersebut sekaligus menjadi awal dari upaya reaktivasi seperangkat gamelan Bali milik KBRI yang telah lama tidak digunakan, yaitu Gamelan Gong Kebyar "Puspa Sari".
Menurut pernyataan, lokakarya ini menghadirkan A.A.B.G. Krishna Sutedja, seniman gamelan Bali berpengalaman yang juga menjabat sebagai Kepala Rumah Budaya Indonesia di Brussels.
Krishna memimpin sesi pengenalan dan pelatihan gamelan Bali secara langsung, yang didampingi musisi asal Prancis Theo Merigaeu dan kolaborator aktif Krishna dalam berbagai proyek gamelan kontemporer di Eropa.
Sebelum dimulai, Krishna dan Theo terlebih dahulu melakukan restorasi dan penyeteman Gamelan Gong Kebyar "Puspa Sari", yang dibawa maestro Wayan Puspayadi ke Italia pada 1971.
Sejak akhir 1980-an, gamelan ini menjadi instrumen penting dalam pengenalan musik Bali kepada sekelompok musisi dan peneliti Italia di bawah bimbingan Prof. Giovanni Giuriati dari Universitas Sapienza Roma.
Dikaitkan bahwa kehadiran Theo sekaligus menegaskan bagaimana gamelan Indonesia telah berkembang menjadi bahasa musikal lintas budaya yang menjembatani beragam latar belakang.
Baca juga: Gema keindahan budaya Bali hadir di Kota Basel Swiss
Baca juga: Dalang Ki Midiyanto mementaskan wayang kulit dan gamelan di San Diego
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.