Palangka Raya (ANTARA) - Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) Sunarti menegaskan pelaksanaan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) menjadi sarana untuk menguatkan keberadaan bahasa daerah, terutama di kalangan penutur muda.
"Festival Tunas Bahasa Ibu ini digelar untuk menarik minat komunitas dan generasi muda agar lebih mengenali serta memahami bahasa dan budayanya," kata Sunarti di Palangka Raya, Senin.
Baca juga: Wamendikdasmen usul sekolah ajarkan bahasa daerah sejak awal SD
Dia menekankan generasi muda harus diperkenalkan dan didekatkan sesering mungkin kepada bahasa daerah.
Sebagaimana yang termuat dalam Peraturan Daerah Kalimantan Tengah Nomor 3 Tahun 2022 tentang Pembinaan Bahasa Indonesia dan Pelestarian Bahasa dan Sastra Daerah, tanggung jawab pelestarian bahasa dan sastra daerah yang sesungguhnya berada di pundak pemerintah daerah.
"Revitalisasi bahasa daerah, selain untuk menempatkan kembali bahasa daerah di ranah yang semestinya, juga sebagai promosi kepada penutur muda juga menjadi prioritas," ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan pemprov sangat mengapresiasi peran aktif pemerintah kabupaten/kota yang turut menyukseskan dan menyinambungkan revitalisasi bahasa daerah yang sudah berjalan empat tahun hingga di tahapan terakhir ini.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikdasmen, Hafidz Muksin menyampaikan pihaknya mengapresiasi pemerintah daerah dan semua pihak yang ikut serta dalam sosialisasi serta pelestarian bahasa daerah.
Baca juga: Kemendikdasmen lestarikan bahasa daerah lewat Festival Tunas Bahasa Ibu
Baca juga: Balai Bahasa Maluku gelar Festival Tunas Bahasa Ibu
"Pelestarian bahasa daerah itu tetap merupakan peran utama dari pemerintah daerah, juga menyiapkan upaya-upaya lain untuk melestarikan bahasa daerah," ujarnya.
Kegiatan revitalisasi ini difokuskan pada sepuluh bahasa daerah di Kalteng, meliputi Bahasa Dayak Ngaju, Dayak Maanyan, Ot Danum, Melayu Kotawaringin, Dayak Siang, Dayak Bakumpai, Dayak Katingan, Tawoyan, Melayu Sukamara, dan Dayak Sampit.
Pewarta: Muhammad Arif Hidayat
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































