Jakarta (ANTARA) - Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr. Antonius Subianto Bunjamin menegaskan pentingnya komitmen Gereja Katolik Indonesia untuk melanjutkan semangat Deklarasi Istiqlal dalam Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2025.
“Semoga SAGKI 2025 ini menghasilkan kearifan gerejawi sinodal yang memihak kaum periferi, baik secara geografis maupun psikologis. Yang menjadi kekuatan bersama dalam memperjuangkan keadilan dan perdamaian, meningkatkan martabat manusia dengan menindaklanjuti Deklarasi Istiqlal,” ujar Antonius Subianto saat membuka SAGKI 2025 di Jakarta, Senin.
Menurutnya, Deklarasi Istiqlal yang ditandatangani oleh mendiang Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal sekaligus Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menjadi pijakan bersama dalam mengatasi dehumanisasi dan krisis lingkungan demi keutuhan ciptaan.
Baca juga: Kemenko PM sinergi dengan KWI berdayakan masyarakat di desa
Dalam sambutannya, Mgr. Antonius menyampaikan SAGKI 2025 mengusung tema “Berjalan bersama sebagai peziarah pengharapan: Menjadi Gereja sinodal yang misioner untuk perdamaian.”
Melalui tema ini, kata dia, Gereja Katolik Indonesia ingin memperkuat komitmen Sinode Para Uskup untuk membangun gereja yang sinodal melalui persekutuan, partisipasi, dan perutusan.
“Kita tidak dapat membentuk gereja sinodal yang misioner jika tertutup pada Roh Kudus atau masih terikat pada rasa bangga diri yang berlebihan, memikirkan diri sendiri, keuskupan sendiri, pulau sendiri, atau daerah sendiri,” ujar Mgr. Antonius.
Baca juga: KWI berharap Pemuda Katolik turun langsung untuk melayani warga
Ia mengutip pesan Paus Leo XIV dalam Misa Penutupan Yubelium Sinode pada 26 Oktober 2025 bahwa relasi dalam gereja hendaknya tidak didasari oleh logika kekuasaan dan hierarki, melainkan oleh logika kasih dan semangat berjalan bersama secara sinodal.
“Dalam kasih, tidak ada satu pun yang dikecualikan, tidak didengarkan, atau tidak mendengarkan. Semua orang dipanggil untuk berpartisipasi dalam misi,” katanya.
Mgr. Antonius mengajak seluruh umat Katolik di Indonesia untuk mendengarkan Roh Kudus dengan semangat dialog, persaudaraan, dan parehesia atau keberanian untuk berbicara tentang kebenaran dengan terbuka dan jujur. Sikap inilah yang menurutnya, dapat membantu gereja menanggapi panggilan untuk berjalan bersama mencari Allah.
“Kearifan ini menuntut kebebasan batin, kerendahan hati, doa, dan kepercayaan,” katanya.
Baca juga: KWI ajak rakyat Indonesia junjung nilai Pancasila guna wujudkan damai
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































