Yogyakarta (ANTARA) - Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar Summer Course 2025 bertema penanganan kanker terpadu dengan melibatkan mahasiswa dari puluhan universitas di berbagai negara.
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FK-KMK UGM dr. Ahmad Hamim Sadewa saat konferensi pers di Yogyakarta, Senin, mengatakan kolaborasi antarprofesi menjadi pendekatan penting dalam menangani kanker secara menyeluruh.
"Tidak cukup hanya dokter atau perawat saja. Penanganan kanker harus melibatkan berbagai profesi, termasuk farmasis, psikolog, dan dokter gigi," ujarnya.
Program bertajuk Integrative Cancer Management: A Roadmap to Better Outcome itu berlangsung pada 14–25 Juli 2025 diikuti oleh 107 peserta dari 30 universitas dalam dan luar negeri.
Peserta berasal dari kalangan mahasiswa sarjana, pascasarjana, dan profesional bidang kesehatan.
Negara asal peserta meliputi Thailand, Tiongkok, Myanmar, Ethiopia, Belanda, Malaysia, Nepal, India, Turki, dan Austria.
Baca juga: BRIN-UGM lakukan riset senyawa brazilin untuk terapi kanker prostat
Mereka berasal dari beberapa institusi antara lain Kunming Medical University, University of Medicine Mandalay, Mahidol University, Innsbruck University, Maastricht University, Kadir Has University, Chiang Mai University, University of Gondar, Debre Birhan University, Ambo University, University of Amsterdam, Universiti Putra Malaysia, Nepalese Army Institute of Health Sciences, dan Amrita Vishwa Vidyapeetham.
Hamim menjelaskan kolaborasi lintas profesi penting untuk memastikan keberlanjutan terapi pasien kanker.
Ia mencontohkan, jika satu lini pengobatan terputus, pasien bisa kehilangan momentum terapi dan harus mengulang siklus dari awal.
"Kalau pengobatan kanker terputus, itu bisa sangat berisiko. Siklus terapi harus dimulai lagi dari awal. Ini menunjukkan betapa pentingnya kerja sama antarprofesi untuk menjaga kesinambungan layanan," ucapnya.
Menurut dia, pasien kanker kerap mengalami efek samping berat, termasuk gangguan rongga mulut akibat obat-obatan. Hal ini menjadikan keterlibatan dokter gigi sebagai bagian dari tim penanganan juga sangat dibutuhkan.
Hamim menambahkan, peserta summer course juga akan menerima materi dari para pakar luar negeri yang membagikan praktik baik di negara masing-masing, seperti Malaysia, Korea Selatan, dan negara-negara ASEAN lainnya.
Baca juga: Mahasiswa UGM teliti biji salak dan kulit jeruk sebagai obat kanker
"Pengalaman dari negara lain bisa jadi pelajaran berharga. Kita bisa adaptasi sesuai kondisi Indonesia," ujar dia.
Ketua Tim Internasional FK-KMK UGM dr. Dwi Aris Agung Nugrahaningsih menambahkan, tema kanker kembali diangkat sebab penyakit itu tetap menjadi isu prioritas di Indonesia dengan angka kejadian dan kematian yang terus meningkat.
"Fasilitas layanan kanker di Indonesia belum merata. Pasien di Papua dan Jawa memiliki peluang hidup yang berbeda. Ketimpangan ini harus menjadi perhatian bersama," kata dia.
Dwi mengatakan tantangan sistemik seperti keterbatasan fasilitas dan distribusi layanan di daerah terpencil akan menjadi bahan diskusi antar peserta, termasuk mencari solusi dari praktik baik negara lain.
"Mahasiswa tidak hanya belajar soal terapi, tetapi juga sistem, kebijakan, dan realitas sosial di balik penanganan kanker. Ini penting untuk membuka perspektif mereka," ujarnya.
Ia menambahkan, Summer Course 2025 digelar secara hybrid dan mencakup kuliah pakar, role play, praktikum, field trip, hingga tugas mandiri melalui platform Learning Management System (LMS) dengan topik mencakup terapi berbasis biomarker, kesetaraan akses layanan, hingga pendekatan spiritual dalam perawatan paliatif.
Baca juga: Mahasiswa UGM kembangkan obat kanker dari ikan gabus
"Program seperti ini juga membuka peluang kolaborasi ke depan antarpeserta dari berbagai negara. November nanti akan ada topik baru. Kami terus mendorong internasionalisasi pendidikan kesehatan dari UGM," ujar Dwi.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.