Dampak buruk air hujan yang mengandung mikroplastik bagi kulit

3 hours ago 4

Jakarta (ANTARA) - Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) mengatakan air hujan yang mengandung mikroplastik dapat berdampak pada kesehatan kulit.

“Kita perlu mulai melihat isu mikroplastik bukan hanya sebagai masalah lingkungan, tetapi juga masalah kesehatan publik, termasuk bagi organ kulit yang menjadi garda terdepan perlindungan tubuh kita,” kata Anggota Perdoski dr. Arini Astasari Widodo, SM, Sp.DVE, FINSDV saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Arini menjelaskan bahwa secara umum kulit yang sehat memiliki pelindung berupa stratum corneum yang cukup efektif menahan partikel besar seperti mikroplastik.

Namun, pada kondisi tertentu misalnya pada kulit yang kering, luka, terbakar matahari, atau memiliki penyakit kulit kronik seperti dermatitis atopik, lapisan pelindung kulit menjadi lebih mudah ditembus.

Baca juga: Waspadai dampak paparan mikroplastik terhadap kesehatan

Ia menyampaikan bahwa sebuah studi eksperimental pada kulit hewan dan jaringan manusia, telah menunjukkan nanoplastik dengan ukuran di bawah 100 nanometer dapat menembus lapisan epidermis dan mencapai dermis superfisial, di mana partikel ini dapat berinteraksi dengan sel imun seperti makrofag dan limfosit.

Reaksi ini dapat menimbulkan peradangan kronik ringan yang dalam jangka panjang berpotensi mempercepat penuaan kulit atau memicu munculnya hiperpigmentasi pasca inflamasi.

Selain itu, beberapa polimer plastik dapat melepaskan reactive oxygen species (ROS) saat terkena sinar UV, sehingga memperburuk kerusakan DNA pada sel kulit.

Baca juga: Alasan sampah pakaian berisiko memunculkan mikroplastik

“Jadi, meski efek langsungnya mungkin tidak segera tampak, paparan berulang dan kronik terhadap mikroplastik berpotensi menyebabkan gangguan kulit jangka panjang,” kata Arini.

Pada orang dengan komorbiditas seperti diabetes melitus, penyakit autoimun, atau gangguan imun lainnya, Arini menyebut risiko efeknya bisa lebih berat. Pada individu dengan diabetes, misalnya, fungsi sawar (lapisan terluar) kulit dan kemampuan regenerasi jaringan sudah menurun.

Bila paparan mikroplastik disertai zat toksik seperti logam berat, maka proses inflamasi kulit dapat berlanjut lebih lama dan menghambat penyembuhan luka.

Baca juga: BPBD: Temuan mikroplastik dalam air hujan di Jakarta peringatan dini

Pada pasien dengan penyakit autoimun kulit seperti lupus atau psoriasis, paparan partikel mikroplastik berpotensi memperburuk peradangan melalui mekanisme oxidative stress dan aktivasi sistem imun non-spesifik.

Hal ini dapat memperberat flare-up penyakit. Selain itu, bagi individu dengan alergi berat atau eksim atopik, mikroplastik dapat bertindak sebagai hapten (zat pemicu alergi) yang menempel pada protein kulit, sehingga meningkatkan risiko timbulnya dermatitis alergi berulang.

Arini juga menyampaikan bahwa fenomena hujan mikroplastik memang sangat mengkhawatirkan, karena menunjukkan bahwa polusi plastik kini tidak hanya mencemari laut dan tanah, tetapi juga sudah masuk ke atmosfer dan dapat turun bersama hujan. Artinya, partikel mikroplastik kini menjadi bagian dari udara yang dihirup dan lingkungan yang bersentuhan langsung dengan kulit setiap hari.

Baca juga: Warga DKI tak perlu terlalu khawatir soal mikroplastik di air hujan

Dari sisi dermatologi lingkungan, ia menyebut ini adalah bentuk “dermatotoksikologi baru” yakni paparan jangka panjang dari partikel yang tidak terlihat mata, namun berpotensi menimbulkan efek biologis pada kulit.

“Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa mikroplastik berukuran di bawah 10 mikrometer (mikro dan nanoplastik) dapat menempel di permukaan kulit, menembus lapisan kulit yang rusak, dan memicu reaksi peradangan kronik,” katanya.

Baca juga: Rutin bersihkan debu cegah terpapar mikroplastik di rumah

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |