Mataram (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan saat ini wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) sedang mengalami fenomena kulminasi yang membuat suhu udara terasa panas akibat matahari berada tegak lurus pada permukaan bumi.
"Saat kulminasi pengaruhnya terhadap cuaca yang dapat langsung kita rasakan adalah peningkatan suhu udara dan penurunan kelembaban udara," kata Ketua Tim Data dan Analisis Stasiun Klimatologi BMKG NTB Bastian Andriano di Mataram, Rabu.
Bastian mengungkapkan Nusa Tenggara Barat saat ini sedang mengalami periode pancaroba yang membuat keadaan cuaca berubah dengan cepat.
Pada pagi hingga siang hari cuaca cerah dan panas, kemudian saat siang sampai sore hari dapat terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai angin kencang dan petir.
BMKG menyebut kulminasi utama yang sering disebut Hari Tanpa Bayang terjadi di Nusa Tenggara Barat pada pukul 12.01 WITA.
Sejumlah wilayah mengalami fenomena tersebut, seperti Gerung, Mataram, Tanjung, dan Praya pada pukul 12:01 WITA, Selong dan Taliwang (Sumbawa) pada pukul 11:59 WITA, Sumbawa Besar pada pukul 11:56 WITA, Dompu, Woha, dan Bima pada pukul 11:51 WITA.
Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB Anes menyampaikan, efek peralihan musim yang membuat suhu udara cenderung terasa lebih hangat saat fenomena kulminasi matahari berlangsung di Nusa Tenggara Barat.
"Kalau untuk peningkatan suhu, tidak terlalu signifikan. Jikalau terasa lebih panas itu karena efek dari peralihan musim kemarau ke musim hujan," ujarnya.
Pada 15 Oktober 2025, Nusa Tenggara Barat cenderung hangat lantaran kondisi cuaca cerah berawan dan hujan ringan yang membuat suhu berkisar antara 24 sampai 29 derajat Celcius.
Kulminasi merupakan fenomena di mana matahari berada tepat di atas kepala pengamat atau di titik zenit. Hal itu menyebabkan bayangan hampir menghilang karena bertumpuk dengan benda itu sendiri.
Di Indonesia, fenomena Hari Tanpa Bayang terjadi dua kali dalam setahun mengingat Indonesia merupakan wilayah yang dilalui oleh garis khatulistiwa atau ekuator.
Baca juga: Daftar kota di Indonesia yang alami Hari Tanpa Bayangan Oktober 2025
Baca juga: Fenomena Hari Tanpa Bayangan, saat Matahari tepat di atas kepala
Baca juga: Atraksi berdirikan telur dan hilang bayangan pesona Tugu Khatulistiwa
Pewarta: Sugiharto Purnama/Bagus
Editor: Citro Atmoko
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.