Jakarta (ANTARA) - Psikolog anak dan keluarga lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Sani B. Hermawan menyarankan orang tua perlu membekali pemahaman kepada anak sebelum diizinkan bermain di luar rumah.
"Tentunya anak juga perlu dibekali dengan hal-hal yang gak boleh nyebrang jalan seininya (sembarangan) atau kalau bolanya ke lempar ke luar pagar, kompleks misalnya harus bicara ke orang tua," kata Sani ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta, Senin.
Sebelum anak dilepas bermain di luar, orang tua untuk memulai dengan pengawasan hingga pemantauan di awal. Terutama untuk usia anak-anak yang memasuki Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Dasar, disarankan perlu tetap ditemani terlebih dahulu. Jika anak dinilai memang sudah bisa, orang tua bisa melepas perlahan-lahan.
Baca juga: Kenali "Tiger Parenting", pola asuh cenderung buruk bagi anak
Sementara, untuk anak usia memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), tetap perlu dibekali batasan-batasan terutama terkait aktivitas bermain dan interaksi di luar rumah.
"Lebih ke arah aturan-aturan mana yang boleh dan tidak boleh. Dan tentunya jam malam perlu diberlakukan, kemudian anak juga harus melapor kepada siapa dia bermain dan ke mana aja dia bermain," ujar Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani itu.
Sani menekankan orang tua harus tahu terlebih dahulu kondisi lingkungan fisik sekitar rumah sebelum mengizinkan anak bermain di luar. Semisal, memastikan lingkungan itu karakternya seperti apa hingga kemungkinan risiko terjadi kecelakaan atau bahaya, seperti jatuh atau terpeleset karena licin atau tenggelam karena ada lubang seperti gorong-gorong yang tidak tertutup.
Baca juga: Psikolog: Manfaatkan libur lebaran untuk beraktivitas bersama keluarga
Menyoroti fenomena orang tua yang membiarkan anak-anak berusia sangat muda bermain di luar rumah seperti saat malam hari tanpa pengawasan, di mana hal itu menurut Sani, telah menyalahi aturan anak boleh bermain sendiri.
Orang tua disarankan saat akan mengizinkan anak bermain di luar perlu mempertimbangkan batasan atau radius aman, waktu, medan atau lingkungan bermain, hingga dengan siapa anak bermain.
"Misalnya ada anak yang dilepas bermain sama temannya, temannya juga usia yang sama, kan gak bisa saling tolong menolong karena dengan usia yang seperti itu, dan mungkin jadi bahkan malah ketakutan misalnya karena anak tersebut merasa takut disalahi," ujar dia.
Baca juga: Kiat ajarkan anak pahami pentingnya berbagi dan hargai perbedaan
Sebenarnya anak bermain di luar, bukan berarti dilepas begitu saja. Namun, anak bisa bermain di luar dengan permainan dan lingkungan yang aman serta mengasyikkan, seperti bermain kelereng atau congklak bersama tetangga di dekat rumah.
Menurut dia, orang tua disarankan tetap memberi ruang bagi anak bermain di luar rumah, dengan keadaan yang aman karena lingkungan terjaga dan tidak bisa melepas begitu saja jika memang medannya tidak aman.
"Jadi bukan berarti dengan banyaknya kejadian apa yang ada sekarang ini enggak membuat anak terkurung di dalam rumah juga tidak wise justru orang tua mempelajari apa yang boleh dan tidak boleh," jelas dia.
Baca juga: Ahli sebut anak lebih hebat dari AI karena pahami nilai budi pekerti
Baca juga: Bonding yang kuat dengan orang tua cegah anak terkena adiksi gawai
Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.