Australia bisa ambil peluang perdagangan di tengah isu tarif global

2 months ago 7
Australia seharusnya melihat rencana Trump untuk memberlakukan tarif lanjutan mulai 1 Agustus sebagai peluang untuk memperluas perdagangan dengan negara-negara lain.

Canberra (ANTARA) - Gangguan perdagangan global yang dipicu oleh penerapan tarif Amerika Serikat (AS) merupakan peluang bagi Australia untuk mengurangi hambatan perdagangan, menurut seorang ekonom.

Direktur Pusat Analisis Makroekonomi Terapan di Universitas Nasional Australia Warwick McKibbin, pada Senin (7/7), mengatakan bahwa Australia mungkin berada di posisi terbaik di antara negara-negara lain untuk menangani dampak ekonomi negatif dari penerapan tarif secara luas oleh Presiden AS Donald Trump.

Dalam Konferensi Ekonom Australia, McKibbin mengatakan Australia seharusnya melihat rencana Trump untuk memberlakukan tarif lanjutan mulai 1 Agustus sebagai peluang untuk memperluas perdagangan dengan negara-negara lain.

"Kita harus melakukan negosiasi perdagangan. Kita harus mengurangi hambatan yang mempersulit perdagangan," kata McKibbin.

Menyusul pengumuman tarif pertama Trump pada April, pemerintah federal Australia memulai kembali negosiasi dengan Uni Eropa (UE) mengenai perjanjian perdagangan bebas. Pembicaraan sebelumnya gagal pada 2023 karena kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan mengenai akses produk pertanian Australia ke pasar UE.

Menteri Perdagangan dan Pariwisata Australia Don Farrell pada Juni lalu mengatakan dia optimististis bahwa negara-negara yang percaya pada perdagangan yang bebas dan adil dapat mencapai kesepakatan untuk memperluas perjanjian perdagangan bebas guna memastikan keberagaman mitra dagang yang lebih besar, terlepas dari "apa yang mungkin dilakukan" oleh AS.

Sebuah tinjauan tahunan tentang perdagangan yang diterbitkan pada Selasa (8/7) oleh Komisi Produktivitas, badan penasihat ekonomi utama pemerintah federal, menemukan bahwa menghapus hambatan perdagangan Australia yang masih berlaku dapat menghemat biaya kepatuhan bagi bisnis sebesar 4 miliar dolar Australia (1 dolar Australia = Rp10.561) atau setara 2,5 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.237) setiap tahun.

"Menghapus tarif Australia yang masih berlaku akan memaksimalkan keuntungan bagi produksi Australia dari negara lain yang menerapkan tarif," kata komisi tersebut.

Laporan tersebut menemukan bahwa dampak global dari tarif AS dapat mendorong peningkatan 0,37 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) Australia, namun, memperingatkan bahwa keuntungannya kecil jika dibandingkan dengan harga yang harus dibayar sehubungan dengan ketidakpastian ekonomi yang semakin meningkat.

Pewarta: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |