Jakarta (ANTARA) - Kepemilikan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dinilai efektif menekan kasus kebakaran di Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur dalam tiga tahun terakhir.
"Harusnya memang kepemilikan APAR ini efektif bagi warga meskipun belum semuanya memiliki. Sehingga masih ada kejadian yang harus ditangani oleh petugas," kata Camat Pulogadung Syafrudin Chandra usai apel Deklarasi Gerakan Masyarakat Punya APAR (Gempar) di Kantor Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur, Senin.
Chandra menyebut, Kecamatan Pulogadung menjadi salah satu wilayah yang rawan kebakaran. "Ya, Pulogadung termasuk daerah yang rawan kebakaran. Sehingga kehadiran APAR ini membantu menekan kasus kebakaran," ujarnya.
Baca juga: Kesadaran masyarakat Jaktim untuk gunakan APAR semakin tinggi
Berdasarkan data Gulkarmat Sektor Pulogadung, selama 2023 terdapat 51 kasus kebakaran. Rinciannya, Kayu Putih 12 kasus, Pulogadung (5), Jati (7), Jatinegara Kaum (6), Cipinang (3), Pisangan Timur (3), dan Rawamangun (15).
Lalu, selama 2024 kasus kebakaran mengalami sedikit kenaikan menjadi 53 kasus dengan rincian Kayu Putih 13 kasus, Pulogadung (7), Jati (5), Jatinegara Kaum (3), Cipinang (2), Pisangan Timur (5), dan Rawamangun (18).
Awal tahun 2025 hingga saat ini terdapat 34 kasus dengan rincian Kayu Putih 10 kasus, Pulogadung (6), Jati (5), Jatinegara Kaum (1), Cipinang (1), Pisangan Timur (4), dan Rawamangun (7).
"Kejadian yang belum lama di Pulogadung itu sampai 126 tabung di RW 10 itu. Dan 126 tabung berasal dari warga, bukan dari petugas yang bawa. Sehingga kebakaran yang sempat terjadi bisa selesai di tempat," jelas Chandra.

Sementara itu, warga Kayu Putih RW 05 sekaligus anggota Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), Maskurila (40) menilai, program Gempar bermanfaat untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi potensi kebakaran.
"Memang bagus ya untuk ke depannya. Jadi kita bisa antisipasi kebakaran, sehingga warga tidak takut lagi untuk menggunakan APAR," kata Maskurila usai mengikuti deklarasi Gempar.
Baca juga: Pemkot Jaktim imbau warga rutin rawat APAR agar tetap berfungsi
Maskurila mengaku sudah memahami cara penggunaan APAR setelah mengikuti demonstrasi yang digelar dalam kegiatan sosialisasi.
"Tadi kan ada demonya, jadi kita sudah tahu semua untuk membuka dan menggunakannya," ucapnya.
Menurutnya, gerakan ini efektif karena memberikan keberanian kepada masyarakat dalam menghadapi kebakaran skala kecil.
Meski FKDM tidak secara langsung melakukan sosialisasi, Maskurila menilai kegiatan yang dilakukan pemerintah bersama kelurahan sudah cukup membantu.
Sejumlah kelurahan di Jakarta Timur juga sudah memiliki APAR yang bisa digunakan untuk penanggulangan awal kebakaran.
Berdasarkan data Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta, sekitar 922 kasus kebakaran terjadi di Jakarta sejak tanggal Januari 2025 hingga pertengahan Juli 2025.
Baca juga: Pemkot Jaktim pantau kepemilikan APAR untuk cegah risiko kebakaran
Jakarta Barat menjadi wilayah dengan jumlah kebakaran tertinggi, mencapai 260 kasus. Lalu disusul oleh Jakarta Timur sebanyak 242 kasus.
Objek terbakar dengan intensitas paling tinggi yakni bangunan perumahan 345 kejadian, bangunan umum dan perdagangan 197 kejadian, dan kendaraan 42 kejadian.
Sebanyak 61 persen diduga karena masalah listrik, baik komponen listrik yang tidak sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), pemasangan yang kurang memenuhi standar operasi maupun kelalaian masyarakat mengelola listrik pada saat di rumah dan kantor.
Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Syaiful Hakim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.