Apakah Indonesia hanya bisa menjadi pembeli alutsista?

2 months ago 10
pengadaan alutsista tidak akan menjadi deterrent effect jika industri pertahanan dalam negeri tidak mampu mendukung kemampuan operasionalnya

Jakarta (ANTARA) - Indonesia baru saja menyelenggarakan pameran peralatan pertahanan dan keamanan "Indodefence" yang dibuka langsung oleh Presiden Prabowo Subianto dan dihadiri oleh para petinggi militer/sipil dan perusahaan dari 42 negara sahabat. Lebih dari 1.100 peserta turut serta dalam pameran tersebut.

Dalam pidato pembukaannya ada dua kalimat yang paling diingat yaitu "Indonesia cinta perdamaian tetapi lebih cinta kemerdekaan" dan yang berikutnya "Kalau suatu negara sejahtera tetapi tidak kuat secara pertahanan/militernya, maka tidak akan lama negara tersebut akan dijajah oleh negara lain yang lebih kuat".

Belum selesai Indodefence digelar, ada kabar bahwa Israel menyerang langsung Iran dengan membunuh para pucuk pimpinan militer dan juga ilmuwan yang menangani program energi nuklir Iran.

Walaupun sempat tergagap lebih dari 20 jam, Iran langsung menjalankan operasi "True Promise 3" dengan meluncurkan ratusan drone dan misil balistik. Setiap hari misil Iran yang semakin canggih, berdaya rusak makin besar dan dengan sasaran yang makin persisi, menghancurkan kota Tel Aviv, Haifa dan sasaran-sasaran militer pertahanan serta riset di Israel.

Sementara saling serang terjadi antara Israel dan Iran, tiba-tiba Amerika Serikat pada 21 Juni 2025, melancarkan serangan ke tiga fasilitas nuklir Iran dengan menggunakan lebih dari 10 pesawat pembom hantu B-2 langsung dari AS (Missouri AFB).

Operasi rahasia dengan sandi "Midnight hammer" yang kompleks melibatkan seluruh unsur militer dari intelijen, alutsista, logistik, komunikasi dan tentunya bom canggih yang disebut bunker buster GBU-57A/B yang mampu menembus beton dengan kedalaman 60 meter.

Tentu banyak sekali pelajaran berharga dari kondisi yang makin memanas ini. khususnya kemampuan pertahanan dan pembalasan Iran terhadap serangan langsung dari negara yang terkuat di dunia dari sisi alutsistanya. Lalu bagaimana dengan kondisi Indonesia?

Namun, sebelumnya kita perlu melihat angka-angka pertumbuhan belanja alutsista di dunia. Berdasarkan data terbaru dari SIPRI (Stockholm International Peace Research Intitute) memang menunjukkan yang terbesar sepanjang masa sekitar 2,7 triliun dolar AS adalah pada tahun 2024 dimana Asia-Oceania mencapai 629 miliar dolar AS mendekati Eropa sebesar 693 miliar dolar AS.

Baca juga: Turki dan kerja sama industri pertahanan Indonesia

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |