Manggar, Babel (ANTARA) - Pagi di Kota Manggar, Kabupaten Belitung Timur, selalu dimulai dengan aroma kopi. Di pesisir timur Pulau Belitung itu, kabut tipis kerap berpadu dengan asap tungku warung kopi. Suara sendok beradu dengan cangkir, diselingi percakapan hangat warga, menjadikan kebiasaan minum kopi sebagai denyut kehidupan sehari-hari.
Di kota kecil ini, secangkir kopi bukan sekadar pengusir kantuk. Lebih dari itu, kopi menjadi medium sosial yang menyatukan masyarakat. Dari pejabat, nelayan, pedagang, guru, hingga jurnalis, semua duduk tanpa sekat di meja sederhana warung kopi. Di sana, setiap orang setara, larut dalam tawa, cerita, bahkan diskusi serius tentang pembangunan daerah.
Kebiasaan itulah yang melahirkan julukan Manggar sebagai “Kota 1001 Warung Kopi” sejak awal 2000-an. Identitas itu kemudian diangkat dalam promosi pariwisata daerah. Bagi wisatawan, pengalaman ngopi di Manggar menghadirkan keunikan tersendiri, kursi plastik sederhana, meja kayu berlapis taplak bermotif, hingga racikan kopi yang berbeda di tiap warung.
Tidak ada waktu khusus untuk ngopi. Pagi, siang, sore, hingga larut malam, kursi warung kopi selalu terisi. Bahkan, di hari kerja, warung kopi tetap ramai karena banyak urusan dilakukan sambil menyeruput kopi.
Kehadiran kopi juga memperkuat citra Belitung Timur yang sebelumnya lebih dikenal lewat novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Jika novel itu mengangkat semangat anak-anak desa, maka ribuan warung kopi di Manggar menampilkan sisi lain, yaitu keramahan, keterbukaan, dan solidaritas masyarakat setempat.
Tugu 1001 Warung Kopi
Untuk menegaskan identitas itu, Pemerintah Kabupaten Belitung Timur meresmikan Tugu 1001 Warung Kopi pada 18 Agustus 2025. Monumen berbentuk cangkir raksasa tersebut kini berdiri di ruang publik Kota Manggar, menjadi ikon baru bagi warga dan wisatawan.
Saat ini terdapat sekitar 1.200 warung kopi yang tersebar di Belitung Timur, dengan konsentrasi terbesar di Manggar. Ribuan warung itu menyerap sekitar 3.000 tenaga kerja lokal, mulai dari barista, penyedia bahan baku, hingga pekerja harian.
“Dampak ekonominya terasa langsung karena sebagian besar warung dikelola keluarga. Dari sisi sosial, kopi menjadi perekat masyarakat, bahkan memunculkan ide-ide pembangunan daerah,” kata Bupati Belitung Timur Kamarudin Muten.
Data dinas pariwisata mencatat, jumlah kunjungan wisatawan ke Belitung Timur pada 2024 mencapai 120 ribu orang, dengan lebih dari separuhnya mampir ke warung kopi Manggar.
Atraksi berbeda
Kepala Dinas Pariwisata Belitung Timur Hendri menilai warung kopi Manggar telah berkembang menjadi objek budaya yang unik.
Kalau di daerah lain wisatawan datang untuk panorama atau kuliner khas, di Manggar justru warung kopi menjadi atraksinya. Wisatawan bisa merasakan langsung suasana khas duduk di kursi plastik, bercengkerama dengan warga, sambil menikmati racikan kopi yang berbeda-beda.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.