Jakarta (ANTARA) - Kementerian Sosial menyakini keberhasilan program Sekolah Rakyat dalam target mengentaskan kemiskinan ekstrem hingga nol persen tahun depan melalui pendekatan pendidikan bermutu sangat bergantung bagaimana kualitas manajerial guru dan kepala sekolah di lapangan.
Wakil Menteri Sosial Agus Jabo mengatakan bahwa hal pertama yang mesti dimiliki setiap kepala sekolah dan guru adalah kemampuan menyesuaikan diri pada lingkungan hingga mampu membangun sistem pendidikan yang membuat siswa betah tinggal di sekolah berbasis asrama tersebut.
"Mereka mayoritas baru mengenal sistem asrama, latar belakang mereka bagaimana sudah tergambarkan, ya, jadi kenyamanan siswa, akan mendukung proses belajar-mengajar berjalan optimal," kata dia dalam penutupan Pembekalan Guru dan Kepala Sekolah Rakyat di Jakarta, Kamis.
Dia menambahkan selain itu guru dan kepala sekolah juga menjaga pola komunikasi bersama wali asrama sehingga terbiasa menghadapi banyak kondisi anak mulai dari sakit perut, susah tidur, atau anak terlampau aktif sehingga tidak bisa tertib atau disiplin.
Baca juga: Perjuangan dimulai dari piring makan dan sekolah
Hal ini menjadi penekanan wakil menteri kepada para peserta karena menurut dia, pendidikan di Sekolah Rakyat tidak hanya fokus pada ilmu pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan keterampilan agar anak-anak siap menghadapi dunia kerja.
Kementerian Sosial memastikan secara keseluruhan tahap pertama pada 2025 ditargetkan ada 165 titik Sekolah Rakyat, per Agustus ini sudah 100 titik yang beroperasi dan 65 sekolah lainnya akan beroperasi September. Total ada 16.000 siswa, 165 orang kepala sekolah, lebih dari 1.400 guru dan 2.000 tenaga pendidikan.
Sebagaimana arahan Presiden, kata dia, jumlah siswa itu ditargetkan terus bertambah sebagai upaya memutus rantai kemiskinan menyusul data Data Badan Pusat Statistik (BPS) 64,36 persen anak dari keluarga miskin berpotensi melanjutkan kondisi orang tuanya jika tidak ada intervensi negara.
Baca juga: Peta bakat siswa SR didominasi bidang teknik dan kehakiman
“Kalau bapaknya pemulung, anaknya tidak harus jadi pemulung, inilah yang sedang dan akan kita putus dengan Sekolah Rakyat,” kata Agus, seraya meminta semua pihak untuk mendukung keberlangsungan Sekolah Rakyat agar semakin banyak keluarga miskin yang memiliki harapan baru lewat akses pendidikan.
Baca juga: Kemarin, anak tak bisa baca jam analog dan tinggi Gunung Dempo berubah
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































