Jakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Yarsi Fasli Jalal menyatakan kesiapan institusinya untuk terlibat dalam memberikan edukasi kesehatan calon jamaah haji jika dilibatkan oleh pemerintah melalui Badan Penyelenggara Haji (BP Haji).
"Kami siap berkontribusi, terutama di bidang kesehatan, karena ini juga menjadi pembelajaran penting bagi calon dokter kami," kata Prof. Fasli dalam Seminar Nasional Haji di Universitas Yarsi, Jakarta, Rabu.
Fasli menjelaskan apabila Universitas Yarsi diajak terlibat, langkah pertama yang akan dilakukan adalah menyusun pola penyiapan jamaah haji, pelaksanaan monitoring di Tanah Suci, serta intervensi medis yang diperlukan dalam berbagai skenario, termasuk kondisi darurat.
Menurut dia, hal yang perlu ditekankan pada jamaah terutama lansia yakni pengenalan budaya. Pasalnya, rata-rata calon jamaah adalah mereka yang belum pernah bepergian lintas pulau atau mengenal berbagai macam kecanggihan suatu objek.
Baca juga: Petugas haji bakal dibekali dasar-dasar Bahasa Arab
Suasana baru yang dialami jamaah lansia membuat mereka kerap kebingungan bahkan dilanda rasa cemas. Kondisi tersebut dapat memicu demensia yang menjadi tantangan haji dari tahun ke tahun.
Ia mengusulkan agar dibuat video pendek yang berisi informasi yang tak hanya soal manasik haji, tetapi juga pengenalan-pengenalan objek yang akan mereka temui selama melaksanakan rangkaian ibadah haji.
"Kalau kita lakukan terus-menerus mudah-mudahan berapa pun umurnya, dari manapun dia berasal, apakah baru pertama kali melakukan perjalanan, tapi karena prosedurnya kita tata, maka makin lama makin baik," kata dia.
Proses edukasi ini, kata dia, tidak melulu harus dilakukan oleh para pemegang kebijakan haji. Pelibatan kampus juga dapat menjadi jalan agar penyelenggaraan haji bisa aman, nyaman, dan menyenangkan.
Baca juga: Menag: Kemenag siap serahkan pengelolaan haji ke BP Haji
Baca juga: Kepala BP Haji ajak perguruan tinggi berkontribusi suskseskan haji
"Prosedur yang akan dijalani sangat jelas oleh mereka (jamaah). Dan do dan don't-nya yang mereka harus paham, walaupun dalam bahasa lokal mereka kalau perlu itu mereka pahami," katanya.
"Kan tidak perlu canggih-canggih pesan-pesan itu. Terutama dalam keadaan emergency-emergency. Kadang-kadang dia tertinggal dari rombongan, terlambat di bus, tidak jelas pintu mana keluarnya," ujar Fasli menambahkan.
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































