Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri menegaskan bahwa sejauh ini, Pertamina masih bermitra dengan perusahaan energi asal Rusia, Rosneft, untuk mengembangkan Kilang Tuban, meskipun terdapat sanksi dari Amerika Serikat.
“Sejauh ini masih dengan partner yang lama (Rosneft), ya,” ucap Simon ketika ditemui setelah melantik anggota komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin.
Simon menyampaikan bahwa saat ini Pertamina sedang di tahap Final Investment Decision (FID) Kilang Tuban bersama Rosneft. Hasil dari FID tersebut nantinya akan menentukan apakah proyek Kilang Tuban memungkinkan untuk dilanjutkan atau terdapat rencana lainnya.
Ihwal kepastian kapan hasil FID akan diumumkan, Simon menyampaikan akan memberi perkembangan terbarunya pada Desember.
Baca juga: Indonesia-Rusia menghitung ulang investasi Kilang Tuban
“Untuk FID, mungkin kami melihat awal Desember, ya. Kami akan update lagi nanti,” kata Simon.
Pernyataan Simon selaras dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia berpesan kepada masyarakat agar tidak mengkhawatirkan sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia, utamanya terkait dengan perusahaan minyak dan gas bumi (migas) Rusia yang berinvestasi di Indonesia.
Sanksi tersebut diumumkan pada Rabu (22/10) oleh Menteri Keuangan AS Scott Bessent. Ia mengumumkan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil, menyerukan "gencatan senjata segera," seraya menambahkan bahwa Gedung Putih siap mengambil tindakan lebih lanjut jika diperlukan.
Pada Rabu yang sama, Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa dia telah membatalkan pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Hongaria, dengan alasan "rasanya tidak tepat bagi saya."
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































