Honda masuki masa sulit akibat persaingan dagang dan semi konduktor

2 hours ago 3

Jakarta (ANTARA) - Pabrikan otomotif asal Jepang Honda Motor co mengalami masa-masa sulit yang diakibatkan dengan berbagai kondisi, mulai dari pasar Asia yang kurang bersahabat hingga krisis semi konduktor yang masih menjadi permasalahan besar.

EVxl, Minggu, mengabarkan bahwa Honda telah memangkas proyeksi laba tahunannya sebesar 21 persen dan akan memperkirakan kendaraan listrik hanya akan mencapai 20 persen dari penjualan global pada tahun 2030.

Dalam proyeksinya, Honda memproyeksikan laba operasional sebesar 550 miliar yen untuk tahun fiskal yang bakal berakhir pada Maret 2026 atau turun drastis dari target sebelumnya yang mencapai 700 miliar yen.

Sementara untuk penjualan kendaraannya, Honda memproyeksikan adanya penurunan dari target semula sebanyak 3,62 juta menjadi 3,34 juta unit secara global.

Penurunan ini mencapai 280.000 unit akibat kekurangan semikonduktor dan melemahnya permintaan di seluruh Asia.

Krisis chip semikonduktor ini diakibatkan oleh sengketa geopolitik atas Nexperia, yang merupakan pemasok semikonduktor yang berbasis di Belanda milik perusahaan Tiongkok, Wingtech Technology.

Ketika pemerintah Belanda mengambil alih Nexperia pada September 2025 karena masalah keamanan, Tiongkok merespons dengan memblokir ekspor semikonduktor otomotif dari produsen chip tersebut.

Baca juga: 400 ribu mobil Honda bermasalah akibat velg yang bisa terlepas sendiri

Dengan adanya kejadian ini, Honda harus rela untuk melakukan pemangkasan produksi di seluruh fasilitas Amerika Utara, termasuk pabrik di Marysville, Ohio, dan Celaya, Meksiko.

Produsen mobil tersebut memperkirakan kekurangan semikonduktor akan mengurangi laba operasional sebesar 150 miliar yen pada tahun fiskal ini.

Menurut S&P Global Mobility, chip semikonduktor yang diproduksi oleh Nexperia memiliki peran penting untuk berbagai kendaraan Honda. Semi konduktor ini memiliki fungsi untuk wiper kaca depan, kontrol jendela, dan sistem pengereman anti-lock.

Tekanan Honda yang lain juga berasal dari permintaan yang cukup lemah untuk kawasan Asia. Hal ini didasari oleh produsen otomotif China, yang bermain dengan harga cukup berani untuk memasarkan kendaraan mereka.

Perusahaan memangkas proyeksi penjualan di Asia dari 1,09 juta menjadi 925.000 unit untuk tahun fiskal yang sedang berjalan, dengan penurunan yang sangat tajam di China dan Asia Tenggara.

"Persaingan di Asia Tenggara semakin ketat karena masuknya produsen mobil China, yang mendorong perusahaan-perusahaan di kawasan ini untuk menawarkan insentif yang lebih tinggi atau harga yang lebih rendah kepada konsumen," ujar Wakil Presiden Eksekutif Noriya Kaihara.

Persaingan yang cukup ketat ini, berdampak juga terhadap kendaraan elektrik dari Honda yang diperkirakan bakal hanya akan mencapai 20 persen pada tahun 2030, turun dari target yang diumumkan sebelumnya sebesar 30 persen secara global.

Pada paruh pertama tahun fiskal 2025, bisnis otomotif Honda mencatat kerugian operasional yang sebagian besar disebabkan oleh biaya sekali pakai sebesar 224 miliar yen terkait kendaraan listrik.

Baca juga: Honda Prelude 2026 tak akan hadir dalam versi transmisi manual

Baca juga: SUV off-road listrik Chery J6T sudah dirakit lokal, tak perlu inden

Pewarta:
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |