Jakarta (ANTARA) - Di era yang semakin terkoneksi dan serba digital ini, pemanfaatan teknologi telah menjadi tulang punggung dalam perkembangan industri telekomunikasi. Evolusi yang terjadi bukan hanya soal kecepatan jaringan atau kapasitas data, tetapi juga tentang bagaimana teknologi digital mengubah cara kita berkomunikasi, bekerja, dan menjalani kehidupan sehari-hari.
Dari layanan suara dan pesan singkat, telekomunikasi kini telah berkembang menjadi ekosistem digital yang kompleks, mendukung berbagai layanan berbasis data, cloud computing, kecerdasan buatan (AI), dan internet of things (IoT).
Transformasi ini telah mendefinisikan ulang peran telekomunikasi dalam masyarakat modern. Tidak lagi sekadar menjadi penyedia konektivitas, operator telekomunikasi kini berperan sebagai enabler inovasi digital lintas sektor. Mereka menyediakan infrastruktur dan platform yang memungkinkan bisnis, pemerintahan, dan masyarakat untuk berinteraksi secara lebih efisien, cepat, dan aman.
Digitalisasi telah mendorong operator telekomunikasi untuk beralih dari model bisnis tradisional yang berfokus pada layanan suara, ke model yang lebih agile dan berbasis data. Infrastruktur jaringan yang dulunya hanya mendukung komunikasi dasar kini telah ditingkatkan menjadi jaringan broadband berkecepatan tinggi seperti 4G dan 5G.
Teknologi ini memungkinkan transmisi data dalam jumlah besar secara real-time, membuka peluang untuk layanan, seperti video streaming, konferensi virtual, dan aplikasi berbasis cloud.
Selain itu, digitalisasi juga memungkinkan otomatisasi proses operasional. Teknologi, seperti AI dan machine learning digunakan untuk pemeliharaan jaringan secara prediktif, analisis kapasitas, serta peningkatan layanan pelanggan melalui chatbot dan sistem respons otomatis. Hasilnya adalah efisiensi operasional yang lebih tinggi, pengurangan biaya, dan peningkatan pengalaman pengguna secara keseluruhan.
Statistik
Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan adopsi digital yang sangat pesat. Berdasarkan laporan Digital 2025 oleh DataReportal, tercatat 356 juta koneksi seluler aktif di awal tahun 2025, setara dengan 125 persen dari total populasi. Ini menunjukkan bahwa banyak individu memiliki lebih dari satu perangkat atau nomor telepon seluler.
Kemudian, tercatat sebanyak 212 juta pengguna internet, dengan tingkat penetrasi mencapai 74,6 persen dari populasi nasional serta 143 juta identitas pengguna media sosial, atau sekitar 50,2 persen dari populasi Indonesia.
Angka-angka ini mencerminkan bagaimana digitalisasi telah meresap ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Dari komunikasi, hiburan, hingga transaksi finansial, hampir semua aspek kehidupan kini bergantung pada konektivitas digital yang disediakan oleh industri telekomunikasi.
Salah satu pilar utama dalam transformasi digital telekomunikasi adalah adopsi teknologi cloud dan edge computing. Cloud computing memungkinkan operator menyimpan dan mengelola data dalam skala besar, dengan biaya yang lebih efisien. Teknologi ini juga mendukung pengembangan layanan digital baru, seperti platform IoT, smart city, dan layanan berbasis AI.
Sementara itu, edge computing memungkinkan pemprosesan data dilakukan lebih dekat ke sumbernya, seperti perangkat pengguna atau sensor IoT. Hal ini mengurangi latensi dan meningkatkan kecepatan layanan yang sangat penting dalam aplikasi real-time seperti gaming online, augmented reality (AR), dan kendaraan otonom.
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.