TBS raih pendapatan 172 juta dolar AS di tengah transisi energi hijau

3 months ago 31
Capaian ini menjadi tonggak penting dalam percepatan transisi TBS menuju target netral karbon pada tahun 2030,

Jakarta (ANTARA) - PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mencatatkan pendapatan konsolidasi senilai 172,2 juta dolar Amerika Serikat (AS) pada semester I-2025, di tengah perseroan sedang membangun fondasi transisi portofolio ke sektor-sektor hijau dan berkelanjutan.

Direktur TBS Juli Oktarina menjelaskan, segmen bisnis pertambangan dan perdagangan batu bara mencatatkan pendapatan 91,6 juta dolar AS atau menurun 82 persen year on year (yoy) dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, dan berkontribusi 53 persen terhadap total pendapatan

“Penurunan ini mencerminkan komitmen TBS dalam mengurangi ketergantungan terhadap sektor batu bara, dan mempercepat transisi menuju portofolio bisnis yang lebih hijau dan berkelanjutan,” ujar Juli sebagaimana keterangan resmi di Jakarta, Kamis.

Juli menjelaskan, perseroan secara bertahap telah membangun fondasi transisi portofolio ke sektor-sektor yang lebih hijau dan berkelanjutan, seperti pengelolaan limbah, energi baru terbarukan (EBT), dan kendaraan listrik yang cenderung tidak dipengaruhi oleh dinamika harga batu bara.

Baca juga: Kemdiktisaintek-ESDM kerja sama percepat kemandirian energi nasional

Ia mengungkapkan, penjualan dua unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) pada awal 2025 telah berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon perseroan, yakni sebesar 1,4 juta ton setara CO₂ (tCO₂e) atau setara penurunan emisi sebesar 86 persen dalam setahun.

Perhitungan dilakukan berdasarkan metodologi Greenhouse Gas Protocol dan data emisi perseroan tahun 2024 telah ditinjau melalui proses limited assurance oleh EY Indonesia.

“Capaian ini menjadi tonggak penting dalam percepatan transisi TBS menuju target netral karbon pada tahun 2030,” ujar Juli.

Ia melanjutkan, pilar baru perseroan dalam bisnis pengelolaan sampah mulai menunjukkan kontribusi positif, yang mana unit usaha ini membukukan pendapatan sebesar 59,6 juta dolar AS dengan EBITDA mencapai 10 juta dolar per akhir Juni 2025.

Baca juga: RI tegaskan transisi energi dan iklim sebagai prioritas nasional

Kemudian, akuisisi Sembcorp Environment Pte. Ltd. pada Maret 2025 dan Sembcorp Enviro Facility Pte. Ltd. pada Mei 2025, turut memperluas kapabilitas perseroan di sektor pengolahan limbah skala regional.

Selain memiliki potensi pertumbuhan yang kuat, sektor ini memberikan kontribusi nyata terhadap lingkungan dan kualitas hidup masyarakat.

"Dengan kapabilitas dan skala yang kami miliki saat ini, kami percaya bisnis ini akan menjadi salah satu motor penggerak utama pertumbuhan jangka panjang TBS,” ujar Juli.

Sebagai bagian dari ekspansi portofolio ke sektor EBT, perseroan mengembangkan dua proyek strategis, diantaranya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Tembesi di Batam dengan kapasitas terpasang sebesar 46 MWp, merupakan salah satu proyek PLTS terapung terbesar di Indonesia yang dikembangkan bersama PLN Nusantara Power.

Baca juga: PGN optimalkan tiga elemen utama agar bisnis gas bumi ramah lingkungan

Proyek ini telah mencapai financial closing dan ditargetkan mencapai operasi komersial (COD) pada semester kedua 2026.

Sementara itu, melalui entitas asosiasi, PT Adimitra Energi Hidro (AEH), TBS juga mengoperasikan PLTMH Sumber Jaya berkapasitas 6 MW yang telah resmi beroperasi secara komersial sejak 22 Januari 2025.

“Kedua proyek ini mempertegas langkah nyata TBS dalam mendukung bauran energi nasional dan pengembangan infrastruktur energi rendah karbon di Indonesia,” ujar Juli.

Dalam kesempatan ini, dia menjelaskan penurunan pendapatan disebabkan oleh menurunnya volume penjualan segmen pertambangan batu bara dari 1,7 juta ton pada semester I-2024 menjadi sebanyak 0,7 juta ton pada semester I-2025.

Baca juga: Industri hijau bisa buka 1,7 juta pekerjaan dan sumbang Rp638 T ke PDB

Selain itu, juga dipicu oleh menurunnya harga jual rata-rata dari 83 dolar AS per ton pada semester I-2024 menjadi 52,9 dolar AS per ton pada semester I-2025.

“Tren penurunan harga ini sejalan dengan pergerakan indeks harga batu bara global yang terus melandai sejak tahun lalu. Sementara itu, penurunan volume penjualan terjadi karena melemahnya permintaan batu bara secara global dan keputusan perseroan untuk menyesuaikan strategi penjualan demi menanti momentum harga yang lebih menguntungkan,” ujar Juli.

Pada semester I-2025, perseroan mencatatkan rugi bersih senilai 115,3 juta dolar AS, yang sebagian besar disebabkan oleh pencatatan rugi non-kas dari divestasi dua anak usaha PLTU yakni PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP) yang diselesaikan pada Maret dan Mei 2025.

Rugi non-kas dari divestasi tercatat sebesar 96,9 juta dolar AS, yang mana tidak berdampak pada arus kas perseroan, dan justru menghasilkan tambahan dana segar berupa pemasukan ke dalam kas TBS sebesar 123,6 juta dolar AS.

“Hal ini memperkuat kondisi fundamental operasional perseroan yang tetap terjaga di tengah masa transisi,” ujar Juli.

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |