Jakarta (ANTARA) - Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional menyatakan Indonesia menargetkan untuk tidak hanya menjadi pasar dalam ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV), melainkan menyasar bisa membuat mobil listrik yang secara menyeluruh terbuat dari komponen dalam negeri.
Wakil Koordinator Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional Dimas Muhamad di Jakarta, Kamis, menyampaikan untuk dapat membuat mobil listrik, pemerintah sudah melakukan beberapa upaya, yakni penguatan pasar mobil listrik agar menciptakan rantai pasok industri, serta membangun industri baterai kendaraan listrik.
Untuk tahap membangun industri baterai kendaraan listrik, Dimas menyampaikan Indonesia perlu berkolaborasi dengan investor asing yang memiliki kapabilitas teknologi.
"Di tahap ini kita memastikan bahwa paling tidak ada mitra lokal Indonesia yang bisa menjadi mitra transfer teknologi, transfer know how dari si investor asing tersebut," katanya
Seperti halnya kerja sama antara Indonesia dengan Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL), dan Huayou yang merupakan investor asing dalam pengembangan industri baterai kendaraan listrik di Tanah Air.
Dalam investasi tersebut, dikatakan Dimas pemerintah mendorong PT Antam untuk berkolaborasi dan mempelajari teknologi pembuatan baterai mobil listrik.
Lebih lanjut, ia menyampaikan saat ini Indonesia sudah memiliki perusahaan yang berpotensi bisa memproduksi mobil listrik, yakni Polytron.
"Sekarang sudah ada bibit-bibit perusahaan nasional yang bisa jadi champion di masa depan. Kita di swasta ada Polytron udah mulai masuk mobil nasional," katanya.
Proyek ekosistem industri baterai kendaraan listrik terintegrasi konsorsium ANTAM-IBC-CBL di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH), di Karawang telah diresmikan oleh Presiden Prabowo pada 29 Juni 2025.
Proyek industri baterai ini merupakan kerja sama antara PT Aneka Tambang Tbk (Antam), Indonesia Battery Corporation (IBC), dan Konsorsium CATL, Brunp, serta Lygend (CBL).
Proyek baterai kendaraan listrik ini dikembangkan dari hulu ke hilir dengan total enam subproyek, lima di antaranya berlokasi di Halmahera Timur dan satu di Karawang.
Sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), nilai investasi proyek mencapai 5,9 miliar dolar AS dan mencakup area seluas 3.023 hektare, dengan potensi penyerapan tenaga kerja hingga 8.000 orang, serta pengembangan 18 proyek infrastruktur, termasuk dermaga multifungsi.
Proyek ini juga dirancang ramah lingkungan dengan pemanfaatan kombinasi energi seperti PLTU 2x150 MW, PLTG 80 MW, pembangkit dari limbah panas 30 MW, dan tenaga surya sebesar 172 MWp—termasuk 24 MWp di pabrik Karawang.
Baca juga: Satgas Hilirisasi serahkan dokumen 18 proyek prioritas ke Danantara
Baca juga: Rosan ungkap topik rapat Satgas Hilirisasi dengan Presiden
Baca juga: Pemerintah siapkan 35 proyek hilirisasi senilai Rp2.000 triliun
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.