Jakarta (ANTARA) - Indonesia menegaskan pentingnya pembiayaan inovatif dan kolaboratif dalam upaya memperkuat ketahanan energi dan mempercepat transisi energi hijau di Asia Tenggara, terutama di kawasan Sungai Mekong yang melewati enam negara.
“Setiap diskusi tentang lingkungan, energi terbarukan, perubahan iklim, pada dasarnya tidak akan berarti apa-apa jika kita tidak membahas tentang keuangan,” kata Wakil Menteri Luar Negeri RI Arif Havas Oegroseno di Jakarta, Kamis.
Hal itu disampaikan oleh Havas melalui rekaman video saat memberikan sambutan pembukaan dalam “2nd Indonesia-Mekong Basin Connect Forum: Energy Security Cooperation in the Region” di Jakarta.
Sungai Mekong memiliki panjang sekitar 4.350 kilometer, yang bermula dari China dan mengalir melewati Myanmar, Laos, Thailand, Kamboja, Vietnam.
Havas memberi contoh bahwa Indonesia membutuhkan sekitar US$285 miliar (sekitar Rp4.722 triliun) hingga 2030 untuk mitigasi dan perubahan iklim, sementara anggaran negara hanya bisa mencakup sekitar 18 persen dari total kebutuhan.
Karena itulah, Indonesia telah menetapkan mekanisme pembiayaan untuk memenuhi pembiayaan tersebut, seperti menerbitkan obligasi hijau, obligasi SDG, dan obligasi terumbu karang.
Selain itu, lanjut Havas, Indonesia sendiri juga membutuhkan dana sekitar US$1 triliun (sekitar Rp16.576 triliun) untuk infrastruktur energi terbarukan hingga 2060, menilai angka tersebut masih jauh dari kebutuhan.
Selain pembiayaan, penguasaan teknologi energi terbarukan juga menjadi tantangan tersendiri, ujar Havas, menambahkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dari sinar matahari dan bahan baku, tetapi masih mendapat tantangan terkait manufaktur panel solar di dalam negeri.
“Jadi, hal ini perlu ditangani dengan membahas isu-isu yang langsung menyentuh seperti konstruksi, pembuatan panel surya di Asia Tenggara, dan dalam diskusi khusus hari ini di sekitar Mekong,” ujar Havas.
Wamenlu juga menyoroti pemanfaatan teknologi tenaga air di Sungai Mekong, menekankan bahwa keseimbangan antara manfaat ekonomi, tanggung jawab sosial, dan kelestarian lingkungan juga menjadi aspek yang sangat penting saat membicarakan tentang energi terbarukan.
“Jadi ini bukan hanya menjadi (energi) terbarukan demi terbarukan, tetapi terbarukan demi keseimbangan ketiga hal khusus tersebut,” ujarnya.
Karena itulah, Wamenlu itu berharap agar forum Indonesia-Mekong dapat menghasilkan gagasan inovatif dan kolaboratif dalam pembiayaan dan teknologi energi hijau di kawasan.
Baca juga: Patroli gabungan ke-156 di Sungai Mekong dimulai
Baca juga: Malaysia mulai rangkaian Pertemuan Menteri Energi ASEAN Ke-43
Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.