Yogyakarta (ANTARA) - Presiden Timor Leste Jose Ramos-Horta mengusulkan pendirian Pusat Studi Perdamaian dan Rekonsiliasi Komunitas ASEAN yang melibatkan universitas serta organisasi masyarakat sipil di kawasan.
"Kami mengusulkan pendirian Pusat Studi Perdamaian dan Rekonsiliasi Komunitas ASEAN, yang melibatkan universitas dan organisasi masyarakat sipil di seluruh kawasan untuk mempelajari dan mempromosikan metode resolusi konflik lokal dan keadilan restoratif," kata Ramos-Horta saat menyampaikan kuliah umum di Balai Senat Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Kamis.
Dalam pidato bertema "Pemberdayaan Masyarakat: Pendidikan, Kewirausahaan Sosial, dan Perdamaian", Ramos- Horta menegaskan bahwa rekonsiliasi bukanlah konsep abstrak, melainkan proses yang dapat dipelajari dan diwariskan oleh generasi ke generasi.
"Rekonsiliasi adalah seni yang bisa dipelajari dan diajarkan," ujar dia.
Pengalaman panjang Timor Leste membangun perdamaian usai konflik, tutur Ramos, menjadi dasar penting untuk mendorong inisiatif tersebut di tingkat kawasan.
Ia menyebut proses rekonsiliasi yang pernah dijalankan pemerintahannya menjadi bagian dari upaya membangun kembali jaringan sosial masyarakat.
"Kami membentuk proses kebenaran dan rekonsiliasi, mempromosikan dialog, dan berinvestasi dalam membangun kembali jaringan sosial masyarakat," katanya.
Presiden peraih Nobel Perdamaian itu menilai bahwa pendekatan lokal dan tradisional patut memperoleh tempat dalam proses perdamaian di Asia Tenggara.
"Model seperti 'Tara Bandu' dan bentuk dialog antargenerasi tradisional lainnya harus diakui sebagai alat efektif untuk mediasi, transformasi, dan perdamaian sosial dalam konteks yang beragam," katanya.
Tara Bandu seperti yang disampaikan Ramos merupakan mekanisme hukum adat yang berlaku di Timor-Leste untuk mengatur tata kelola sumber daya alam.
Dalam kesempatan itu, Ramos-Horta juga menyinggung pentingnya membedakan antara perdamaian sejati dan perdamaian semu.
Baginya, perdamaian bukan sekadar soal ketiadaan perang.
"Itu belum cukup. Itu adalah perdamaian negatif jika dipaksakan. Perdamaian Positif hadir di rumah, di sekolah, dan di semua komunitas," tuturnya.
Ia menambahkan, rekonsiliasi yang sejati membutuhkan keberanian politik serta keterlibatan masyarakat akar rumput, termasuk melalui kerja sama antara komunitas dan lembaga pendidikan.
Ramos-Horta menyampaikan bahwa keanggotaan penuh Timor-Leste dalam ASEAN yang direncanakan pada Oktober 2025 menjadi momentum penting untuk mendorong pendekatan yang lebih inklusif dan berbasis komunitas di tingkat kawasan.
"Dalam semangat ini, pengalaman Timor-Leste saat kami bersiap menjadi anggota penuh ASEAN pada Oktober 202 menawarkan perspektif yang unik dan berharga," ucap Ramos-Horta.
Baca juga: Timor Leste resmi jadi anggota penuh ASEAN akhir tahun ini
Baca juga: RI-Timor Leste perkuat kerja sama dagang dan dukung aksesi ASEAN
Baca juga: Malaysia siap sambut Timor-Leste jadi anggota penuh ASEAN Oktober ini
Baca juga: Prabowo dukung Timor Leste dan Papua Nugini jadi anggota ASEAN
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.