Perusahaan multinasional genjot investasi di China

1 month ago 11

Jinan (ANTARA) - Lengan-lengan robotik beroperasi selagi para pekerja bergerak dengan presisi di bengkel kerja Taiho Kogyo Corporation di Yantai, Provinsi Shandong, China timur.

Suasana itu diiringi bantalan kompresor dan mesin keluar dari lini produksi tidak hanya untuk produsen mobil seperti Toyota dan Volkswagen, tetapi juga semakin banyak untuk mendukung industri sepeda motor mewah yang berkembang pesat di China.

Perusahaan yang berbasis di Yantai tersebut, anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki Taiho Kogyo Co., Ltd., "diberikan otonomi penuh" oleh kantor pusatnya di Jepang untuk melakukan aktivitas pengembangan dan produksi untuk pasar China, ungkap Junji Koshima, manajer umum anak perusahaan itu.

Dia menambahkan bahwa keputusan di tingkat lokal ini memungkinkan perusahaan tersebut untuk merespons permintaan dengan lebih cepat sembari memanfaatkan pertumbuhan pesat dan potensi pasar yang luas di China.

Louis Dreyfus Company (LDC), perusahaan perdagangan sekaligus pengolahan produk pertanian global yang berkantor pusat di Eropa dan masuk dalam daftar Fortune 500, memulai pembangunan pusat industri teknologi pangan senilai 7 miliar yuan (1 yuan = Rp2.245) di kota pelabuhan Qingdao pada akhir Juni.

Membentang di area seluas 153.000 meter persegi dan ditargetkan rampung pada 2027, pusat industri tersebut akan berfokus pada pengolahan biji-bijian minyak, protein pakan khusus, dan produksi fosfolipid food grade.

Setelah mulai beroperasi, fasilitas ini diperkirakan akan memproduksi 1,5 juta ton protein pakan, 370.000 ton minyak olahan, dan 15.000 ton fosfolipid per tahun, sekaligus menciptakan sekitar 200 lapangan pekerjaan lokal.

Sebagai basis utama regional LDC di China timur, pusat industri tersebut akan terintegrasi erat dengan logistik pelabuhan lokal serta industri pengolahan pakan ternak, kata James Zhou, kepala komersial sekaligus kepala regional untuk Asia di LDC.

Sejak memasuki perdagangan kapas di China pada 1973, LDC kini memperoleh sekitar seperempat total pendapatan globalnya dari pasar China.

CJ Group dari Korea Selatan, perusahaan besar dengan bisnis yang mencakup makanan, bioteknologi, logistik, hiburan, dan retail, juga meningkatkan investasinya. Perusahaan itu sedang memperluas produksi asam amino dan zat aditif makanan di Liaocheng, Shandong, yang mencerminkan keyakinan kuat terhadap prospek pasar China.

Perekonomian global menghadapi tantangan yang semakin besar akibat ketegangan geopolitik dan ketidakpastian perdagangan, sementara China menghadapi tantangan ini secara langsung dengan memajukan keterbukaan berstandar tinggi, menyuntikkan stabilitas dan momentum ke dalam pertumbuhan global, tutur Chairman CJ Group Sohn Kyung-shik.

Ia menambahkan bahwa perusahaan tersebut sedang mengupayakan kemitraan yang lebih erat dan peluang baru di China.

Aktif di China sejak 1994, perusahaan itu berpartisipasi dalam seluruh enam edisi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perusahaan Multinasional Qingdao (Qingdao Multinationals Summit), sebuah platform yang diluncurkan pada 2019 untuk mendorong dialog kebijakan dan memfasilitasi kerja sama proyek.

KTT tahun ini digelar pada Juni lalu dan sukses menarik partisipasi 570 delegasi dari 43 negara dan kawasan.

Data dari Kementerian Perdagangan China menunjukkan bahwa 59.000 perusahaan baru dengan investasi asing didirikan di negara tersebut tahun lalu, meningkat 9,9 persen secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan berlanjut hingga paruh pertama 2025, dengan penambahan 30.014 perusahaan asing baru.

Untuk mempercepat keterbukaan institusional, China meluncurkan Rencana Aksi 2025 untuk Menstabilkan Investasi Asing, serta merevisi dan memperluas Katalog Industri yang Didorong untuk Investasi Asing.

Di PHINIA Delphi Automotive Systems (Yantai) Co., investasi Asia-Pasifik terbesar oleh PHINIA Inc. yang berbasis di Amerika Serikat dalam 30 tahun, otomatisasi dan tenaga kerja terampil mendorong manufaktur presisi.

Selama sepuluh tahun terakhir, perusahaan terkemuka di bidang sistem bahan bakar tersebut telah menginvestasikan lebih dari 500 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp16.109) di China, membangun dua pabrik dan sebuah pusat penelitian dan pengembangan (litbang). Pengadaan material lokal meningkat dari 10 persen menjadi 90 persen, sementara penjualan tahunan melonjak dari 40 juta yuan menjadi 2 miliar yuan.

Shandong sangat penting bagi rantai pasokan global PHINIA, ungkap Simon Godwin, wakil presiden untuk urusan pemerintahan di perusahaan tersebut, seraya menambahkan bahwa pihaknya meningkatkan investasi tidak hanya dalam sistem-sistem konvensional, tetapi juga energi bersih.

Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |