Chongqing (ANTARA) - Koridor Perdagangan Darat-Laut Internasional (International Land-Sea Trade Corridor/ILSTC) Baru, jalur logistik utama yang menghubungkan China bagian barat dengan pasar global, melaporkan lonjakan besar dalam hal angkutan barang jalur darat lintas perbatasan dari Januari hingga Oktober tahun ini.
Jumlah perjalanan truk mencapai lebih dari 11.000, dengan nilai kargo melampaui 15 miliar yuan (1 yuan = Rp2.349) atau setara 2,12 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.722), meningkat masing-masing 200 persen dan 450 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Data tersebut diungkapkan dalam Konferensi Kerja Sama Industri Logistik China (Chongqing)-ASEAN 2025 pada Rabu (12/11). Layanan angkutan barang jalur darat di ILSTC telah menghasilkan total nilai kargo sebesar 30 miliar yuan sejak diluncurkan pada 2016.
Dalam konferensi tersebut, total 21 perjanjian kerja sama ditandatangani di berbagai bidang, seperti distribusi pertanian dan koordinasi rantai pasokan, dengan peserta dari negara-negara ASEAN dan negara-negara lainnya menyerukan hubungan industrial dan logistik yang lebih kuat.
Perwakilan China Xu Ningning, yang juga Ketua Komite Kerja Sama Industri Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP), mengimbau semua pihak untuk lebih lanjut melaksanakan konsensus yang ada, memperdalam kerja sama industri, serta mempromosikan integrasi rantai industri dan pasokan regional.
Di antara perwakilan ASEAN, Wakil Menteri Perdagangan dan Perindustrian Filipina Ceferino S. Rodolfo menekankan penyelarasan kerja sama prosedural dan substantif antara China dan negara-negara anggota ASEAN.
"Kami akan memperkuat hubungan perdagangan dan investasi, digitalisasi, dan industri kreatif," ujarnya.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi Siswaya Lukman menyarankan agar kerja sama ini tidak hanya terbatas pada perdagangan, melainkan juga pada kolaborasi industri dan investasi yang lebih mendalam.
"Kami mengundang perusahaan-perusahaan China untuk berinvestasi di Indonesia karena kami memiliki banyak sumber daya alam untuk pasar global, sementara China memiliki keunggulan dalam teknologi dan modal. Bersama-sama, kita dapat memasuki pasar global guna memenuhi permintaan global," ujarnya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Indra Arief Pribadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































