Perpusnas inisiasi perpustakaan manusia agar tetap relevan di era AI

2 months ago 6

Jakarta (ANTARA) - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menginisiasi program perpustakaan manusia atau human library agar tetap relevan di era akal imitasi (AI), karena bagaimanapun peran manusia akan selalu dibutuhkan dan tidak dapat tergantikan oleh AI.

"Di Perpusnas sedang coba kami pikirkan untuk kehadiran perpustakaan manusia. Nah, human library ini merupakan gagasan yang sedang kami olah dulu, karena bagaimanapun, di tahun 2050 meski dunia telah dipenuhi oleh teknologi, tetap saja manusia tidak bisa digantikan oleh AI sekalipun," kata Kepala Perpusnas E. Aminudin Aziz pada peringatan Hari Pustakawan Nasional di Jakarta, Senin.

Ia mengemukakan, saat ini Perpusnas tengah menyusun konsep perpustakaan manusia tersebut yang akan diluncurkan dalam waktu dekat. Inisiatif tersebut juga merupakan salah satu respons untuk meningkatkan indeks literasi Bangsa Indonesia yang selama ini masih tergolong rendah.

Meski begitu, Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) nasional tahun 2024 mencatat pencapaian luar biasa dengan skor 73,52, melampaui target 71,4 dan hasil tahun 2023 yang berada di angka 69,42.

"Akhir-akhir ini kita sering disuguhi dengan berbagai macam data bahwa pembangunan literasi kita ini belum membahagiakan. Nah, perpustakaan itu bisa menjadi wahana untuk secara bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan kecakapan literasi itu," ujar dia.

Baca juga: Hari Pustakawan, Perpusnas dorong pustakawan jadi kreator digital
Baca juga: Indonesia tampilkan inovasi literasi di Kongres Pustakawan ASEAN

Perpusnas, lanjut dia, juga telah berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) serta Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) untuk menggerakkan perpustakaan-perpustakaan di sekolah, taman bacaan masyarakat, serta perpustakaan di rumah-rumah ibadah.

"Tahun ini kita membantu 10 ribu titik baca, kemudian tahun lalu juga 10 ribu lokus baca. Menjelang akhir tahun ini, kita akan tambah lagi ada sekitar 563 perpustakaan di lembaga-lembaga pemasyarakatan, dan 500 di puskesmas," ucap Aminudin.

Ia menegaskan, langkah-langkah tersebut merupakan ikhtiar Perpusnas untuk meningkatkan kecakapan literasi masyarakat, karena bagaimanapun, hak untuk membaca dan memiliki akses kepada bacaan adalah milik semua orang.

"Ketika kita membaca, bisa sambil menunggu di puskesmas misalnya, menunggu layanan dokter, jadi daripada membiarkan orang rewel menunggu, ada bacaan di situ hadir. Maka, itu adalah sebuah cara supaya orang juga bisa nyaman sambil menunggu dan sambil menimba ilmu. Itu inisiatif-inisiatif yang kita luncurkan bersama dengan Gerakan Indonesia Membaca," tuturnya.

Sementara itu, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menyarankan perpustakaan tetap bisa menghadirkan nuansa rekreatif agar masyarakat bisa tertarik datang meski sudah diterpa dengan teknologi atau AI.

"Perpustakaan itu harus kita kembangkan menjadi tempat yang orang ke situ tidak hanya baca buku, tetapi juga ada nuansa rekreasinya, bagaimana mengaturnya? Saya kira nanti para pustakawan Perpusnas bisa tahu. Kemudian, yang kedua, harus ada nilai lebih yang didapatkan ketika orang datang ke perpustakaan, misalnya ada teman untuk berdiskusi, untuk saling berbagi bacaan," kata Mu'ti.

Baca juga: Mendikdasmen akan buat pelatihan bagi guru yang jadi pustakawan
Baca juga: Mendikdasmen ajak pustakawan jadi perpustakaan berjalan

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |