Jakarta (ANTARA) - Analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mengalami koreksi sementara (pullback) ke kisaran 7.055 pada perdagangan Selasa (15/7).
Hal ini dikarenakan sentimen pasar yang masih menantikan perkembangan dari proses negosiasi tarif AS yang diharapkan dapat rampung sebelum tenggat waktu 1 Agustus 2025.
“Selain itu investor menantikan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Selasa-Rabu pekan ini, yang menurut konsensus akan menurunkan BI Rate (suku bunga BI) sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen,” ujar Ratna di Jakarta, Selasa.
Sentimen lain yang turut menjadi perhatian pasar adalah musim laporan keuangan kuartal II 2025 para emiten yang akan dimulai pertengahan bulan ini.
Dari mancanegara, perhatian investor juga tertuju pada data pertumbuhan ekonomi China kuartal II 2025. Pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu itu diperkirakan melambat menjadi 5,1 persen (yoy), dari 5,4 persen pada kuartal I tahun ini.
Sementara dari Amerika Serikat (AS), investor juga menanti rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) bulan Juni 2025 yang dijadwalkan bakal dipublikasi pada 15 Juli waktu setempat.
Inflasi utama diperkirakan naik menjadi 2,7 persen secara tahunan dari 2,4 persen pada Mei, sedangkan inflasi inti diprediksi naik menjadi 3 persen dari sebelumnya 2,8 persen.
Baca juga: IHSG menguat seiring pasar respons positif sentimen domestik
Adapun IHSG pada penutupan perdagangan Senin (14/7) menguat 49,71 poin atau 0,71 persen ke level 7.097,15, mengikuti penguatan bursa saham di kawasan Asia. Namun, indeks saham unggulan LQ45 justru melemah 8,82 poin atau 1,12 persen ke posisi 777,28.
Berbanding terbalik dengan indeks di bursa Eropa yang ditutup melemah. Indeks DAX di Jerman turun hampir 0,9 persen, menunjukkan sentimen negatif di pasar saham Jerman. Indeks STOXX 600, yang mencerminkan pergerakan saham-saham utama di seluruh bursa Eropa, juga turun sekitar 0,5 persen.
Namun, pasar saham Inggris justru menguat pada level tertinggi dengan indeks FTSE 100 naik sekitar 0,2 persen. Hal ini dikarenakan investor masih mencermati soal ancaman tarif 30 persen dari Presiden Trump terhadap impor Uni Eropa akan dapat dihindari sebelum batas waktu 1 Agustus.
Baca juga: Bahlil alokasikan hingga 15 miliar dolar AS untuk impor energi dari AS
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.