Padang (ANTARA) - Akademisi dari Fakultas Teknik Universitas Andalas (Unand), Sumatera Barat (Sumbar) Prof Taufika Ophiyandri menekankan pentingnya penerapan prinsip membangun kembali dengan yang lebih baik atau build back better saat mendirikan rumah di zona rawan bencana.
"Prinsip build back better menjadi hal krusial untuk mewujudkan resiliensi pembangunan rumah yang berada di kawasan bencana, termasuk membangun ulang rumah setelah terdampak bencana," kata akademisi dari Fakultas Teknik Unand, Sumatera Barat Prof Taufika Ophiyandri di Padang, Kamis.
Saat pengukuhan guru besar di Unand, Prof Taufika Ophiyandri mengatakan, telah melakukan penelitian mengenai pembangunan rumah pascabencana di kawasan rawan bencana. Penelitian ini dilakukan itu berangkat dari keprihatinan dan refleksi bahwa Indonesia salah satu negara dengan risiko bencana yang sangat tinggi.
Pakar ilmu manajemen konstruksi pascabencana Unand tersebut mengatakan prinsip build back better telah diadopsi The United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR), sebagai salah satu dari empat kegiatan prioritas dalam Kerangka Sendai pengurangan risiko bencana.
Prinsip build back better dapat diwujudkan melalui proses pemulihan yang lebih kuat, cepat dan inklusif. Artinya, rumah yang dibangun harus lebih kuat daripada yang sebelumnya.
Baca juga: BNPB rekomendasikan rumah tahan gempa bagi warga Bengkulu
Baca juga: Dulu rusak parah, Masjid Al-Hidayah Kertasari menjadi tahan gempa
Dalam penelitiannya, ia menyoroti banyak program rekonstruksi dimulai tanpa kerangka kerja yang terarah. Baik dalam pendekatan teknis, pengorganisasian sumber daya, maupun penetapan target waktu yang realistis.
"Penting untuk diingat bahwa pembangunan rumah pascabencana bukan sekadar membangun fisik yang runtuh, tetapi membangun pondasi awal dalam mewujudkan masyarakat yang berketahanan bencana," ujarnya.
Di Indonesia prinsip build back better sangat penting untuk diterapkan. Apalagi, Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat risiko bencana tertinggi di dunia. Bahkan, world risk report 2024 menempatkan Indonesia pada urutan kedua dari 193 negara yang berisiko tinggi terhadap bencana.
Merujuk data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam satu dekade terakhir terjadi kecenderungan peningkatan bencana dengan total kejadian sebanyak 36.547 bencana.
Ia menyebutkan satu persen dari total kejadian bencana tersebut merupakan gempa bumi. Bencana geologi ini menyebabkan dampak yang lebih besar terutama sektor perumahan.
"Keberhasilan pembangunan rumah setelah terdampak bencana tidak bisa hanya diukur dari jumlah unit yang selesai dibangun, tetapi sejauh mana bangunan itu mampu memperkuat daya tahan masyarakat terhadap kemungkinan bencana berikutnya," katanya.
Baca juga: Rumah hunian tetap korban bencana di Sukabumi berdesain tahan gempa
Baca juga: Inovasi rumah tahan gempa Indonesia diperkenalkan ke Asia dan Eropa
Baca juga: BNPB tawarkan solusi bangun rumah tahan gempa bagi keluarga Indonesia
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.