Singapura (ANTARA) - Untuk memfasilitasi agresinya di kawasan Pasifik, Tentara Kekaisaran Jepang pada Perang Dunia II mulai mengerahkan pasukan perang biologis di Asia Tenggara pada Maret 1942, serupa dengan Unit 731 yang terkenal di China timur laut.
Di luar dunia akademis, tidak banyak yang diketahui tentang unit rahasia tersebut. Baru-baru ini, koleksi catatan sejarah yang disusun oleh para akademisi Singapura dan China, "Oka 9420 Unit, Japanese South Army BW Troop", menyatukan hasil penggalian arsip selama hampir satu dekade, mengungkap kepada publik kekejaman Jepang yang tidak berperikemanusiaan pada masa perang.
"Semakin dalam kami menyelidiki, semakin kami dihadapkan pada kegelapan militerisme Jepang. Mengerikan, kotor, dan toksik," ujar Lim Shao Bin, penulis koleksi itu yang berasal dari Singapura.

Unit perang biologis di luar China
Pada Mei 1942, sebuah unit perang biologis dibentuk di Nanjing, China, dan dikirim ke Singapura sebulan kemudian. Detasemen tersebut, yang secara umum dikenal sebagai Departemen Pencegahan Epidemi dan Pemurnian Air dari Kelompok Angkatan Darat Ekspedisi Selatan, disebut sebagai Unit Oka 9420 (Unit 9420) di dalam Tentara Kekaisaran Jepang, menurut catatan sejarah.
Unit perang biologis yang berbasis di Singapura ini merambah area yang kini disebut Malaysia, Indonesia, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Myanmar, menurut Lim dan Wang Xuan, penulis lainnya yang berasal dari China.
Dokumentasi menunjukkan bahwa salah satu misi utamanya adalah merawat tikus dan membiakkan kutu yang terinfeksi wabah.
Othman Wok, mendiang mantan menteri Singapura, sempat mengenang masa ketika dirinya bekerja sebagai asisten di unit tersebut. Dalam sejarah lisannya yang dibuat pada 1981, Wok mengatakan bahwa tugas harian unit itu adalah menangkap tikus dan memberi makan kutu dengan darah dan daging tikus yang terinfeksi bakteri wabah. "Setiap tiga sampai empat bulan sekali, jutaan kutu ini dibawa hidup-hidup dalam stoples-stoples kaca besar ke Thailand dengan kereta," ujarnya.
Menurut penyelidikan Lim, anggota inti Unit 9420 berasal dari unit-unit perang biologis yang sudah terbentuk seperti Unit 731 di Harbin, China, unit-unit lain di Nanjing, dan di Jepang sendiri. Pada puncak kejayaannya, unit tersebut memiliki lebih dari 1.000 personel, menjadikannya pasukan perang biologis terbesar di luar kawasan China.
Seorang mantan anggota Unit 9420, Ryomei Taikai, mengingat bahwa dirinya pernah memelihara tikus di sebuah sekolah di Kuala Pilah di Semenanjung Malaya bagian tengah, dan mengangkut sejumlah besar tikus dari Jepang. "Di dalam ruang kargo pesawat pengebom, kandang-kandang (yang berisi tikus) ditumpuk seperti gunung," katanya.
Lim dan Wang juga telah menyelidiki jejak-jejak eksperimen terhadap manusia di Asia Tenggara dalam Unit 9420 dan lainnya.
Catatan kriminal perang di Arsip Nasional Inggris menunjukkan empat tentara Jepang meracuni para tawanan di area yang kini menjadi Malaysia untuk mengamati kematian mereka. Arsip Nasional Australia menjabarkan bagaimana para perwira Jepang di Papua Nugini membuat 13 tawanan perang melewati eksperimen antimalaria dan kelaparan selama 60 hari, dan enam di antaranya meninggal.

Bersambung ke Bagian 2
Penerjemah: Xinhua
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.