ANTARA - Jakarta digegerkan dengan peristiwa ledakan yang mengguncang sebuah sekolah menengah atas di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ledakan terjadi di Masjid SMAN 72 Jakarta, saat sedang dilaksanakan ibadah sholat Jumat. Berdasarkan keterangan kepolisian, ledakan tersebut berasal dari bom rakitan ringan. Dan tersangka peledakan ternyata siswa dari sekolah tersebut.
Melalui hasil penyelidikan diketahui bahwa anak yang berhadapan dengan hukum atau ABH tersebut, merupakan siswa yang dikenal sebagai pribadi tertutup dan tertarik pada konten kekerasan. Peristiwa ini pun menjadi alarm atas perubahan relasi anak-orang tua, dan juga siswa guru. Menurut para psikolog sejumlah tanda dini sebenarnya bisa dikenali orang tua dan guru, sebelum anak bertindak agresif atau melakukan kekerasan.
Di sisi lain Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI Abdul Mu'ti juga menilai sejalan dengan deteksi dini oleh semua pihak, nantinya hal ini bisa diantisipasi pada masa mendatang apabila mengedepankan pendekatan yang lebih humanisme, komprehensif, dan partisipatif dalam kegiatan pendidikan.
Lalu apa yang perlu dikenali dan bagaimana mendeteksi dini paparan radikalisme untuk mencegah tindakan terorisme pada generasi muda? Selengkapnya dalam PerANTARA! (Roy Rosa Bachtiar/Suci Nurhaliza/Keysha Anissa/Reza Hardiansyah/Rizky Bagus Dhermawan/Farah Khadija)
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































