Mendagri: Industrialisasi pertanian kunci RI keluar middle income trap

2 weeks ago 3

Jakarta (ANTARA) - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menegaskan industrialisasi pertanian menjadi strategi utama meningkatkan nilai tambah, memperkuat daya saing, serta mendorong Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap.

Jalan keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah bukan hanya melalui industri manufaktur, tetapi juga industrialisasi pertanian dan perkebunan dengan menambah nilai tambah produk pangan, katanya, menegaskan.

"Tapi melakukan industrialisasi di bidang pertanian dan perkebunan dan turunannya itu juga merupakan industri untuk keluar dari middle income trap," kata Mendagri dalam Rapat Koordinasi Percepatan Pelaksanaan Program Hilirisasi Komoditas Prioritas Perkebunan yang digelar Kementerian Pertanian di Jakarta, Senin.

Ia mencontohkan Selandia Baru (New Zealand) sebagai negara sukses membangun kesejahteraan melalui basis pertanian dan peternakan, meskipun tanpa memiliki industri manufaktur besar seperti otomotif, elektronik atau teknologi tinggi lainnya.

Selandia Baru, lanjutnya, mampu memajukan perekonomian dengan bertumpu pada sektor pertanian dan peternakan, tanpa bergantung pada industrialisasi besar seperti negara lain.

Menurut Tito, Selandia Baru memiliki kekayaan alam melimpah berupa emas, tembaga, dan batu bara yang belum banyak dieksploitasi, sehingga menjadi cadangan strategis ketika sumber daya negara lain mulai menipis.

"Jumlah penduduk di sana (Selandia Baru) 5 juta. Waktu saya sekolah di sana tahun 1998, itu penduduknya 3 juta. Jumlah shipnya, dombanya 70 juta. Jumlah sapinya puluhan juta. Jumlah rusanya, puluhan juta," ujar dia.

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian memberi sambutan dalam Rapat Koordinasi Percepatan Pelaksanaan Program Hilirisasi Komoditas Prioritas Perkebunan yang digelar Kementerian Pertanian di Jakarta, Senin (22/9/2025). ANTARA/Harianto

Tito mengatakan industrialisasi pertanian berarti mengolah hasil pangan, perkebunan, maupun peternakan menjadi produk hilir bernilai tinggi, sebagaimana Korea Selatan mengembangkan ginseng melalui berbagai inovasi produk kesehatan berkualitas ekspor.

Menurut dia, Indonesia memiliki kekayaan tanaman obat, rempah, serta hasil pertanian yang jauh lebih beragam dibandingkan banyak negara lain, sehingga peluang hilirisasi terbuka lebar dengan pengemasan dan pemasaran profesional.

"Kita ini produk-produk untuk tanaman-tanaman obat Indonesia super kaya. Tinggal kita saja yang belum mengembangkan dengan baik menurut saya," ujar Tito.

Tito menekankan industrialisasi pertanian akan memperkuat ketahanan pangan, menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan devisa melalui ekspor, serta mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif yang mengangkat kesejahteraan petani.

Ia mengatakan strategi hilirisasi pertanian sebagaimana visi Presiden Prabowo Subianto yang menempatkan swasembada pangan sebagai prioritas utama pembangunan dengan dukungan anggaran besar mencapai Rp371 triliun.

Oleh karena itu, Tito mengingatkan kepala daerah untuk tidak hanya fokus pada produksi mentah, melainkan ikut mendorong lahirnya industri pengolahan pangan agar Indonesia mampu bersaing di pasar global.

"Nah, kalau dikatakan kita bisa keluar dari middle income trap harus punya negara yang industri dalam arti seperti otomotif dan lain-lain. Saya disagree (tidak setuju) kalau melihat kasusnya New Zealand. New Zealand tidak melakukan itu. Dia melakukan industri pertanian dan perkebunan, peternakan," kata Mendagri.

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |