Jakarta (ANTARA) - Koperasi telah lama menjadi salah satu pilar utama dalam mendorong perekonomian masyarakat desa di Indonesia.
Sejak era kemerdekaan, koperasi diharapkan menjadi alat pemberdayaan ekonomi rakyat kecil, khususnya di desa, agar terbentuk kemandirian dan kesejahteraan secara kolektif.
Namun demikian, fakta mencatat masih banyak koperasi yang berguguran dan gagal berperan maksimal, bahkan koperasi berskala besar sekalipun.
Fenomena ini menjadi peringatan bahwa masalah koperasi di Indonesia bukan semata-mata soal modal atau dana, melainkan lebih mendasar pada aspek manajemen, strategi, dan adaptasi terhadap tantangan zaman.
Gagasan untuk mendirikan dan mengembangkan Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) adalah upaya penting yang mempunyai makna strategis untuk memperkuat ekonomi desa yang selama ini belum bisa “lepas landas” secara signifikan.
Pemerintah, khususnya di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, menargetkan untuk memperkuat pembiayaan hingga ratusan triliun rupiah dalam rangka menggerakkan KDMP.
Namun, faktanya pemberian dana besar saja tidak cukup menjamin keberhasilan. Terlebih di tengah dunia yang bergejolak cepat dan penuh ketidakpastian, yang sering disimbolkan dengan istilah VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, Ambiguous).
Pengalaman historis memperlihatkan bahwa daya tahan koperasi sangat tergantung pada kekuatan aktor di dalamnya, sistem yang menopang, serta strategi yang digunakan.
Kisah sukses Rizwan Husin yang mengangkat Kopi Gayo melalui koperasi adalah contoh ideal bagaimana kompetensi inti, budaya lokal, dan kepemimpinan kuat mampu menciptakan koperasi yang berkelanjutan dan kompetitif.
Sebaliknya, terdapat pula contoh koperasi besar seperti GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) yang dulu begitu dikenal, tetapi kemudian tumbang dan kehilangan relevansi karena terbatasnya inovasi dan adaptasi dengan perubahan zaman.
Baca juga: Kemenkeu siapkan anggaran untuk pembangunan fisik Kopdes Merah Putih
Baca juga: Pemerintah sepakat mempercepat pembangunan fisik Kopdes Merah Putih
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.