Melepaskan "pasung luka" di tepi belantara Elikobel

2 months ago 23

Merauke (ANTARA) - Frederickus Jesly Maijai melalui hari-hari yang berat, saat keadaan memaksanya untuk harus mendekam selama lebih dari delapan bulan di rumah.

Anak muda Papua itu bergumul melawan penyakit paru-parunya di lingkungan rumah kayu kecil di Kampung Bupul, tepi belantara Distrik Elikobel, Kabupaten Merauke, Papua Selatan.

Penyakit yang dikenal dengan tuberkulosis (TB) itu tidak hanya menggerus kesehatan raganya, namun juga membunuh semangat hidup lelaki yang akrab disapa Rikson itu.

Otot-otot tubuh yang dibentuk alam, hilang, hingga tersisa kulit yang membalut tulang. Berat badannya yang semula 63 kg turun menjadi 46 kg.

Rikson tidak pernah membayangkan sama sekali akan mewarisi jejak penyakit sang ibu di usianya yang ke-21, dimana ia ingin melakukan banyak hal dalam hidupnya.

Penyakit telah merenggut banyak hal berharga dalam kehidupan Rikson. Ia harus meninggalkan bangku sekolah menengah atas (SMA) di Kota Merauke untuk kembali ke kampung halaman agar bisa dirawat oleh keluarganya.

Ketika sedang menempuh pendidikan di kota, bakat berenang yang tumbuh sejak kecil mengantar Rikson memasuki profesi baru sebagai atlet renang. Tujuh medali emas dan satu perak yang digantung di dinding ruang tamu menjadi saksi bisu prestasinya dalam kejuaraan di tingkat kabupaten dan provinsi.

Panggung kompetisi multicabang olahraga tertinggi di Tanah Air juga telah dirasakan, saat dia mewakili daerahnya untuk mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2020, yang diselesaikannya dengan berada di peringkat keenam.

Anak kampung dari keluarga dengan kondisi ekonomi di bawah itu, seperti menemukan jalan yang mengubah hidupnya. Pendapatan sebagai atlet juga lumayan membantu kehidupannya di kota, bahkan juga menopang kebutuhan keluarga di kampung, termasuk biaya pengobatan ibunya.

Mengingat semua hal-hal membanggakan yang tidak dapat dilakukan lagi, hanya membuat Rikson semakin tenggelam dalam keputusasaan.

"Setiap hari saya merasa putus asa," ujarnya, ketika berbincang dengan ANTARA.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |