Jakarta (ANTARA) - Majelis Masyayikh menggelar pelatihan asesmen penjaminan mutu eksternal pendidikan pesantren jenjang pendidikan dasar dan menengah (Dikdasmen) sebagai implementasi amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren.
Ketua Majelis Masyayikh KH. Abdul Ghaffar Rozin menekankan penilaian mutu pesantren tidak dapat disamakan dengan lembaga pendidikan umum.
"Pesantren tidak diukur dengan kemampuan kuantitatif semata. Pesantren boleh diukur, tetapi oleh orang-orang yang memahami pesantren itu sendiri, yang bisa menjiwai substansi dan spirit pengembangan keilmuan pesantren," ujar Gus Rozin di Jakarta, Kamis.
Pelatihan tersebut diikuti puluhan asesor dari berbagai daerah dan instansi, serta didampingi para fasilitator Majelis Masyayikh pada 25-29 Agustus 2025 di Tangerang.
Hadir pula perwakilan Kementerian Agama, Asosiasi Pendidikan Diniyah Formal (Aspendif), dan Forum Komunikasi Pendidikan Muadalah (FKPM) Salafiyah dan Muallimin.
Para asesor sebelumnya telah melalui tahapan seleksi ketat yang mencakup seleksi administrasi, psikotes, wawancara kelompok (LGD), serta kemampuan membaca kitab kuning.
Selama lima hari pelatihan, peserta mengikuti berbagai sesi pembelajaran, baik sinkron maupun asinkron, diskusi kelompok, simulasi asesmen, dan praktik penggunaan instrumen mutu melalui aplikasi SYAMIL.
Baca juga: Kemenag gelar Pesantren Award apresiasi untuk santri dan tokoh
Baca juga: Kemenag beri kesempatan dai muda magang di pesantren
Materi mencakup pemahaman regulasi, standar mutu pesantren, kode etik asesor, hingga teknik penyusunan laporan asesmen yang objektif dan solutif.
Gus Rozin menjelaskan keberhasilan pesantren diukur dari capaian yang sedang dikembangkan sendiri, bukan berdasarkan standar tunggal seperti pelajaran umum. Pesantren jenjang Dikdasmen, menurut dia, berperan penting dalam menyiapkan calon kader ulama.
"Pesantren harus meneguhkan jati diri melalui kutubutturots dan dirasah islamiyah, serta memberi kontribusi dalam menyelesaikan persoalan kebangsaan," katanya.
Rozin juga menekankan bahwa peran asesor bukan sebagai penilai semata, melainkan sebagai mitra strategis dalam peningkatan mutu.
"Asesor hadir bukan untuk menghakimi, tapi membantu memetakan kekuatan dan kelemahan pesantren secara bersama. Kita datang sebagai bagian dari keluarga besar pesantren," kata dia.
Sementara itu, Anggota Majelis Masyayikh Divisi Dikdasmen Abd. A’la Basyir menyoroti pentingnya pendekatan kolaboratif dan partisipatif dalam pelatihan.
"Asesor harus memahami prinsip dasar penjaminan mutu secara menyeluruh. Mereka adalah penjaga gawang kualitas pesantren. Dengan budaya mutu yang kuat, pesantren bisa menjadi model pendidikan masa depan dan rujukan global," ujarnya.
Pelatihan asesor ini ditutup dengan pengukuhan oleh Anggota Majelis Masyayikh. Kegiatan ini menjadi langkah strategis dalam menyiapkan asesor yang profesional, memahami karakteristik pendidikan pesantren, serta mampu mendorong integrasi pendidikan pesantren dari jenjang dasar hingga ma’had aly.
Baca juga: Pesantren postmodern dan gagasan transformasi ala kiai
Baca juga: Majelis Masyayikh gelar pelatihan asesor Ma'had Aly jaga ruh pesantren
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.