Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menegaskan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) yang saat ini tengah dilakukan uji terap berbeda dengan metode pembelajaran jarak jauh semasa pandemi COVID-19.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus ( Dirjen Pendidikan Vokasi PKPLK) Kemendikdasmen Tatang Muttaqin mengatakan ada beberapa hal yang membedakan keduanya, utamanya dalam hal pemanfaatan media daring guna mendukung proses pembelajaran.
“Berbeda dengan pendidikan online, waktu itu kalau saat COVID karena kita tidak boleh interaksi langsung ya, jadi pendidikannya harus bermedia, medianya media online. Nah untuk PJJ, kami menekankan blended learning,” kata Tatang dalam siaran Siniar Pendidikan Jarak Jauh: Membangun Akses Pendidikan Merata di Era Digital di Jakarta pada Senin.
Baca juga: Kemendikdasmen uji terap PJJ bagi anak pekerja migran di Kinabalu
Lebih lanjut ia menjelaskan program PJJ yang saat ini tengah diuji terapkan pada Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) pada dasarnya tetap memungkinkan para murid melakukan pembelajaran tatap muka langsung dengan guru ketika guru dari sekolah induk melakukan kunjungan pada waktu tertentu.
Jadwal kunjungan itu, lanjutnya, ditentukan berdasarkan kesepakatan sekolah induk yang menjadi rujukan maupun sekolah penyelenggara PJJ sehingga kunjungan dapat dilakukan sedikitnya satu kali dalam seminggu.
Sementara untuk mengoptimalkan capaian materi pembelajaran para murid, pihaknya telah menyiapkan Learning Management System (LMS) yang memuat bahan ajar yang sudah disusun berjenjang dan dapat diakses secara mandiri oleh para murid.
Dengan ketersediaan LMS, Tatang mengatakan para murid dapat mempersiapkan diri dengan membaca lebih dulu bahan ajar sebelum nantinya mendapat penjelasan langsung dari guru, baik melalui pertemuan tatap muka daring maupun luring saat kunjungan.
Baca juga: Kemendikdasmen paparkan peta jalan PJJ perluas akses pendidikan formal
“Jadi pendidikan jarak jauh itu memanfaatkan metode sinkronus dan asinkronus. Sinkronus ketika siswa dijadwalkan akhir pekan bertemu secara online maupun kunjungan ya diajarkan beberapa poin penting pembelajaran. Nah asinkronusnya, mereka sudah dikirim bahan, jadi ketika awal masuk sudah dikirim bahan pembelajaran yang harus dibaca, harus diselesaikan, harus dijawab, dilatih,” imbuhnya.
Ia pun berharap para murid program PJJ dapat memiliki niat belajar yang lebih tinggi, mengingat proses belajar mengajar dengan program tersebut tidak setiap hari mendapat pengawasan langsung dari guru sebagaimana sekolah formal pada umumnya.
“Jadi di sinilah self-management-nya harus lebih tinggi, harus lebih tinggi dibandingkan yang sekolah formal lainnya. Karena sekalipun diingatkan murid hari ini belajar bagian ini, bagian itu, tapi kan tidak ditongkrongin langsung oleh guru,“ katanya.
Baca juga: Ketua Komisi X DPR sampaikan rekomendasi dukung penyelenggaraan PJJ
Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.