Kemenag kembali gelar AICIS+, ekoteologi jadi salah satu bahasan

2 months ago 8
Jadi kalau kita tidak berhasil menciptakan harmoni antara lingkungan hidup dan lingkungan alam, maka tingkat kematian manusia itu sangat dahsyat

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Agama (Kemenag) kembali menggelar konferensi studi Islam Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS+) di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Depok pada 29–31 Oktober 2025 dan ekoteologi jadi salah satu bahasannya.

"Kita memperkenalkan apa yang disebut tadi dengan salah satu tema sub-temanya itu adalah ekoteologi," ujar Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar di Jakarta, Rabu.

Menag mengatakan gelaran yang sudah digelar sebanyak 23 kali itu biasanya hanya membahas seputar studi peradaban Islam saja. Namun kali ini akan membahas permasalahan yang lebih luas.

Dalam AICIS kali ini, kata dia, ada delapan subtema yang akan dibahas yakni lingkungan, sains, teknologi, hingga digital.

Baca juga: Menag sebut Indonesia tempat yang tepat pusat peradaban Islam baru

Menag menekankan soal ekoteologi. Ia yakin apabila hubungan antara manusia dengan alam ini tidak harmonis, maka akibatnya lebih dahsyat daripada perang. Setiap tahunnya, satu juta orang meninggal akibat perubahan iklim.

"Jadi kalau kita tidak berhasil menciptakan harmoni antara lingkungan hidup dan lingkungan alam, maka tingkat kematian manusia itu sangat dahsyat," kata Menag.

Menag mengutip ahli politik, sosial, ekonomi, dan filsafat Jerman Max Weber yang menyebut upaya untuk mengubah perilaku masyarakat tidak bisa dilakukan secara instan tanpa menyentuh aspek yang lebih mendasar, yaitu sistem pengetahuan atau logos yang mereka anut.

Perilaku masyarakat sangat dipengaruhi oleh cara mereka memahami dunia dan realitas di sekitarnya. Namun perubahan pada sistem logos saja belum cukup. Diperlukan pula transformasi dalam sistem nilai atau ethos yang menjadi landasan moral dan budaya masyarakat.

Baca juga: Kemenag: AICIS 2025 angkat tema baru, ekologi & teknologi jadi sentral

"Jadi kalau kita ingin menciptakan dunia ini sejahtera, aman, damai, maka memang harus menggunakan bahasa teologi, bahasa agama," katanya.

"Bahasa politik, bahasa diplomasi, dan bahasa pemerintah, itu kadang-kadang tidak efektif untuk mengajak masyarakat untuk sadar, menyadarkan diri," tambah Menag.

Maka dari itu, lanjutnya, pembahasan ekoteologi dalam gelaran AICIS ini sebagai salah satu upaya untuk menyelamatkan alam dan kemanusiaan.

"Kesadaran spiritual itu yang akan melahirkan kesadaran logika, dan kesadaran logika itu nanti akan menyadarkan perbuatan kita sendiri. Maka saya kira dunia akan semakin damai, semakin tenang, semakin nyaman untuk dihuni," kata Menag Nasaruddin Umar.

Baca juga: Kemenag jadikan masjid hingga KUA motor gerakan ekoteologi nasional

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |