Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) resmi meluncurkan Program Akselerasi Peningkatan Akses dan Mutu Pendidikan Tenaga Medis guna meningkatkan akses dan kualitas pendidikan tinggi untuk tenaga medis dan tenaga kesehatan.
Hal ini dilakukan dalam rangka percepatan perwujudan AstaCita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka melalui strategi kemitraan sistem kesehatan akademik.
"Pendidikan tinggi harus berorientasi pada akses, mutu, relevansi, dan dampak sesuai misi AstaCita. Kita perlu menghasilkan tenaga medis yang berkualitas dan hilirisasi riset yang berkontribusi untuk peningkatan sistem pelayanan kesehatan," kata Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto di Jakarta, Selasa.
Mendiktisaintek memaparkan pihaknya telah mengoordinasikan perguruan tinggi dalam jejaring kemitraan sistem kesehatan akademik dan membentuk satuan tugas (satgas) untuk akselerasi pemenuhan dan distribusi dokter dan dokter spesialis mulai tahun 2025.
Dari 136 Fakultas Kedokteran (FK), kata dia, terdapat 25 FK yang telah menjalankan 358 program studi spesialis/subspesialis.
Baca juga: Menkes beberkan alasan perlunya reformasi paradigma pendidikan dokter
Dalam jangka pendek, lanjutnya, Satgas Kemdiktisaintek akan melakukan program quick win dengan tiga strategi, yaitu penambahan program studi baru dan peningkatan kuota mahasiswa dokter spesialis-subspesialis dengan model kemitraan perguruan tinggi, penempatan/deployment residen senior pada Rumah Sakit Pendidikan (RSP) prioritas, serta penguatan kemitraan dengan pemerintah daerah, K/L, dan pemangku kepentingan terkait.
"Kita bisa meningkatkan kolaborasi dan kawal program ini bersama-sama. Hal yang masih kurang, kita perbaiki. Kemdiktisaintek terbuka untuk berbagai masukan dan kritik," ujar Mendiktisaintek Brian Yuliarto.
Dalam kesempatan yang sama Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menekankan urgensi reformasi paradigma pendidikan dokter.
Ia menekankan pemerataan dokter spesialis di Indonesia juga harus ditambah dengan percepatan produksi dokter di Tanah Air.
"Isu pemerataan dokter spesialis merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri kepentingannya," ujar Menkes.
Baca juga: Kemendikti Saintek tindaklanjuti arahan Presiden soal tambahan dokter
Diketahui Kemdiktisaintek bermitra dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) yang mengoordinasikan 57 FK untuk pembukaan 148 prodi baru dokter spesialis dan subspesialis, serta dengan lebih dari 350 rumah sakit di tahun 2025-2026.
Dengan akselerasi ini diharapkan terdapat peningkatan jumlah kuota mahasiswa menjadi lebih dari 8.000 mahasiswa pada tahun 2026 (peningkatan dua kali lipat), sehingga terdapat peningkatan lulusan menjadi lebih dari 6.000/tahun pada tahun 2030.
Di samping itu, kebijakan kuota mahasiswa baru FK di Indonesia saat ini berjumlah kurang lebih 18.000 mahasiswa per tahun. Dengan peningkatan pesat jumlah FK menjadi 144 fakultas pada 2025, ditambah estimasi peningkatan jumlah lulusan Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) setiap tahun dan sekitar 26 FK baru, jumlah lulusan saat ini dapat ditingkatkan menjadi sekitar 15.000 dokter per tahun pada tahun 2030.
Pada tahun 2025–2030, lanjutnya, diproyeksikan dapat dihasilkan lebih dari 48.000 dokter untuk mengatasi kesenjangan kekurangan dokter berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Baca juga: Presiden: Menkes dan Mendiktisaintek tambah fakultas kedokteran
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.