Jakarta (ANTARA) - Berbagai peristiwa di bidang ekonomi yang disiarkan dan terjadi pada Kamis (28/8) masih menarik serta relevan untuk disimak kembali pada pagi ini.
Mulai dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang akan memetakan penyebab kelangkaan BBM di SPBU swasta hingga proyeksi kinerja konsumsi rumah tangga pada kuartal III 2025.
Berikut rangkumannya.
Kementerian ESDM petakan penyebab kelangkaan BBM di SPBU swasta
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bakal memetakan penyebab kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung ditemui usai Peresmian Fase Feed Proyek LNG Abadi di Jakarta, Kamis, menyampaikan SPBU swasta di tanah air sudah mendapatkan alokasi tambahan kuota impor sebanyak 10 persen, dengan demikian pihaknya mengasumsikan kuota tersebut mencukupi permintaan.
Bapanas sebut potensi surplus beras 5 juta ton hingga September 2025
Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkap Proyeksi Neraca Pangan 2025 menunjukkan potensi surplus beras 5 juta ton hingga September sebagai hasil dari produksi nasional yang melebihi kebutuhan konsumsi masyarakat secara signifikan.
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa di Jakarta, Rabu (27/8), mengatakan berdasarkan data dalam Proyeksi Neraca Pangan yang telah disinergikan dengan Kerangka Sampe Area Badan Pusat Statistik (KSA BPS), produksi beras diproyeksikan mencapai 28,22 juta ton hingga September 2025.
DPR minta pemerintah beri insentif resmi kepada industri dalam negeri
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia meminta pemerintah memberikan insentif resmi kepada industri yang fokus pada produksi dalam negeri, guna meningkatkan daya saing nasional di tengah derasnya gempuran produk impor.
"Pemerintah perlu memberikan insentif resmi kepada industri-industri yang berproduksi di dalam negeri, mulai dari hulu hingga hilir," kata Anggota Komisi VII DPR RI Novita Hardini saat Kunjungan Kerja Spesifik ke CV Sinar Baja Electric, di Surabaya, Jawa Timur, Kamis.
Patriot Bond dinilai jalan bagi konglomerat kontribusi ke pembangunan
Direktur Kebijakan dan Program Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti) Piter Abdullah mengatakan Patriot Bond dapat menjadi jalan bagi konglomerat Indonesia untuk menempatkan dana secara aman, sekaligus berkontribusi langsung terhadap pembangunan nasional.
“Instrumen ini memberi jalan bagi konglomerat untuk menempatkan dana mereka secara aman sekaligus berkontribusi langsung pada pembangunan. Dengan cara ini, ketergantungan pada pinjaman asing bisa dikurangi, sementara kapasitas pembiayaan domestik meningkat,” ujar Piter sebagaimana keterangan resmi di Jakarta, Kamis.
Ekonom Bank Mandiri prediksi konsumsi bakal melambat pada kuartal III
Tim Ekonom Bank Mandiri atau Office of Chief Economist (OCE) Group Bank Mandiri memprediksi kinerja konsumsi rumah tangga bakal melambat pada kuartal III 2025.
"Kalau kami lihat, kuartal III ini mungkin ada perlambatan dari segi pertumbuhan (konsumsi rumah tangga)," kata Head of Macroeconomics and Financial Market Research Bank Mandiri Dian Ayu Yustina dalam Mandiri Economic Outlook Q3 2025 di Jakarta, Kamis.
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.