Kemarau basah momentum memahami tanah secara spasial

5 hours ago 2
....ketahanan pangan tidak hanya bergantung pada langit yang menurunkan hujan, tetapi juga pada tanah di bawah kaki manusia yang menyimpan air untuk kehidupan

Jakarta (ANTARA) - Belakangan ini, Bulan Juni-Juli yang lazimnya musim kemarau di Indonesia justru diwarnai hujan deras.

Fenomena tersebut dikenal sebagai kemarau basah. Maksudnya, berdasarkan data iklim 30 tahunan, biasanya bulan-bulan tersebut tergolong kemarau, tetapi pada tahun ini malah hujan turun, nyaris setiap hari.

Di kota besar, hujan yang turun setiap hari dapat menyebabkan genangan terus menerus di jalanan, sehingga menimbulkan genangan dan kemacetan.

Di desa, bagi petani lebih rumit lagi. Kemarau basah menghadirkan tantangan besar yang langsung berdampak pada usaha tani.

Bagi petani yang hendak menanam padi, tentu datangnya hujan sangat menyenangkan, tetapi bagi petani padi yang bersiap hendak panen, hujan malah menyulitkan.

Seringkali padi yang siap dipanen malah tergenang kebanjiran. Demikian pula kadar air padi menjadi tinggi, sehingga membutuhkan penjemuran lebih panjang. Padahal, menjemur di musim hujan sangat merepotkan.

Petani hortikultura lebih kompleks lagi. Petani yang biasa menanam tembakau di Magelang atau Temanggung malah mengeluh jika hujan terus menerus.

Tanaman tembakau tergenang air, sehingga gampang membusuk. Jika tembakau selamat dari kebusukan serta mampu tumbuh subur juga tetap bermasalah. Hal itu karena kadar air tembakau menjadi tinggi, sehingga kadar nikotin yang penting pada tembakau menjadi rendah.

Petani cabai dan tomat juga perlu bersiaga ekstra jika musim hujan. Setelah hujan pada pagi, siang, sore, bahkan malam pun, petani harus segera menyemprot dengan pestisida, terutama fungisida, agar tanaman selamat.

Jika tidak segera, maka musuh-musuh cabai dan tomat siap menggerogoti kehidupan tanaman yang dapat mengakibatkan berkurangnya panen, bahkan gagal panen.

Ketika ini terus berlanjut, dapat diprediksi dalam waktu dekat harga cabai atau tomat merangkak naik karena memang budi daya cabai dan tomat di musim basah lebih kompleks.

Pekebun buah-buahan juga dapat terdampak jika hujan terus menerus, tanpa ada jeda kemarau. Tanaman buah, seperti durian dan mangga, membutuhkan jeda kering sementara waktu untuk merangsang pembungaan.

Tanpa jeda kering tersebut, tanaman tidak terpicu berbunga, sehingga musim buah menjelang akhir tahun terancam tidak sebesar musim buah pada tahun-tahun biasanya. Seandainya durian berbuah pun, daging buahnya berkadar air tinggi, sehingga rasanya kurang manis.

Semua pihak yang peduli pada sektor pertanian tentu harus mencari cara agar ketahanan pangan tidak terganggu karena anomali iklim, saat ini.

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |